MATARAM, KOMPAS.com-Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Barat (NTB) menemukan bahwa sejumlah sungai di Kota Mataram tercemar mikroplastik.
Sejumlah sungai yang diteliti yakni Sungai Ning, Sungai Meninting, dan Kokoq Jangkok.
Tim melakukan penelusuran, menginventarisasi timbunan sampah plastik, hingga melakukan tes khusus.
"Kami menemukan tumpukan sampah di ketiga sungai itu, kami bahkan menyaksikan balapan sampah plastik yang dibawa arus sungai," kata Prigi Arisandi, Tim ESN di Mataram, Rabu (4/1/2023).
“Kami menemukan fakta bahwa sungai di Kota Mataram berubah menjadi tempat sampah, sampah sachet, tas kresek, styrofoam, popok bayi dan sampah pakaian," lanjutnya.
Mereka mengambil sampel air di Sungai Ning, Kokoq Jangkuk dan Sungai Meninting. Hasilnya ditemukan rata-rata 290 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.
Baca juga: Mataram Tak Gelar Perayaan Tahun Baru 2023, Ini Penjelasan Wali Kota
Prigi menjelaskan bahwa mikroplastik adalah serpihan atau remahan plastik dengan ukuran lebih kecil dari 5 mm yang berasal dari pecahan plastik ukuran besar.
Seperti tas kresek, plastik bening, sampah pakaian, botol plastik, styrofoam dan sachet yang terfragmen karena arus air dan paparan matahari.
"Mikroplastik ini memiliki efek bagi kesehatan manusia, karena mikroplastik dalam air akan menyerap logam berat, polutan di air seperti klorin atau pemutih dan phospat bahan detergen, ini tentu sangat berbahaya," ungkap Prigi Arisandi.
Mikroplastik yang tertelan oleh ikan akan merusak sistem reproduksi dan pertumbuhan mereka.
"Jika mengkonsumsi daging ikan yang terkontaminasi polutan, efeknya akan berlanjut pada metabolisme manusia, mikroplastik juga akan menganggu hormon pada manusia," jelas Prigi.
Prigi juga menyebutkan dari hasil pengecekannya di ketiga sungai di Kota Mataram tersebut, ditemukan 4 jenis mikroplastik, seperti fiber, filamen, fragmen dan Granula.
Baca juga: Kecelakaan Beruntun Tewaskan Seorang Mahasiswi di Mataram, Polisi Periksa CCTV
Fiber misalnya, bersumber dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan limbah industri tekstil.
Filamen degradasi plastik sekali pakai (kresek, botol plastik, kemasan plastik, dan jaring nelayan).
Fragmen berasal dari sampah plastik kemasan sachet multilayer, tutup botol, sampo dan sabun) serta Granula yang berasal dari bahan sintetis scrub yang ada dalam personal care (sabun, pemutih kulit, sampo, pasta gigi dan kosmetika).
Baca juga: Pendakian Gunung Tambora di NTB Ditutup Sementara