SOLO, KOMPAS.com - Wisata Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah kembali dibuka untuk masyarakat umum, di tengah konflik internal yang sedang memanas.
Pembukaan wisata ini diinisiasi oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Solo, melalui pintu utama Kori Kamandungan, sejak Selasa (27/12/2022).
Setiap wisatawan yang datang akan dipandu dengan sejumlah tour guide, setiap wisatawan tidak ditarik tarif masuk dan setiap rombongan dibatasi waktu hanya 15 menit saja di dalam lingkungan Keraton Kasunanan Solo.
"Sebelumnya banyak yang kecelek (kecewa) sudah datang ke keraton tapi tidak bisa masuk. Ini kan kota wisata, sekalian momen Tahun Baru juga," kata Ketua Eksekutif Lembaga Dewan Adat (LDA) KPH Eddy Wirabhumi.
Baca juga: Polisi Kekeh Mediasi Konflik Keraton Solo: Internal, Tidak Perlu Libatkan Pihak Luar
Meskipun banyak wisatawan antusias untuk masuk, akan tetapi keadaan internal keraton sedang tidak baik-baik saja.
Sebab, pembukaan ini, berada di tengah konflik Keraton Kasunanan Solo yang mulai memanas pada akhir tahun 2022, lantaran aksi dugaan pencurian, penganiayaan dan pengeroyokan itu.
Itulah yang memunculkan adanya masalah soal pengelolaan wisata Keraton Kasunanan Solo, yang diklaim tidak memiliki izin dari Sri Susuhunan Pakubuwana XIII.
Pihak Sri Susuhunan Pakubuwana XIII menjelaskan, pembukaam wisata itu tidak memiliki izin dari Raja Kasunanan Solo itu.
"Jadi gini, wisata yang dibuka itu tidak seizin dari Sinuwun. Area yang dibuka itu, area privat untuk abdi dalem dan sentono atau masyarakat umum yang dapat otoritas khusus dari Raja," kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KP Dani Nur Adiningrat.
Di sisi lain, Dani menjelaskan alasan sebenarnya pembukaan wisata itu juga tidak diketahui olehnya.
Dimungkinkan, akan dilaksanakan penutupan kembali atas tindakan yang dilaksanakan LDA.
"Biar yang masuk itu abdi dalem yang bertugas dan yang diutus. Tidak serta merta masuk bebas ini. Yang sebenarnya, otoritas dari Raja," katanya.
"Pada struktur Keraton Kasunanan Solo, tidak mengenal Lembaga Dewan Adat secara turun-temurun, itu tidak ada," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.