Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Kawasan Industri Ancaman Terbesar Penurunan Muka Tanah di Pantura Jateng

Kompas.com - 14/12/2022, 13:59 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


SEMARANG, KOMPAS.com - Pakar Lingkungan dan Tata Kota Unissula Semarang Mila Karmila menilai, pembangunan tak ramah lingkungan dan pengambilan air tanah berlebihan menjadi akar masalah yang mempercepat terjadinya rob di pesisir pantai utara.

Kawasan industri dinilai bertanggung jawab menguras air tanah dalam jumlah besar, untuk memenuhi kebutuhan pekerja maupun operasional industrinya.

“Itu (ancaman) cukup besar ya, apalagi sekarang di Sayung kan semakin banyak industri,” terang Mila kepada Kompas.com, belum lama ini.

Aktivitas industri menjadi penguras air tanah terbesar yang jumlahnya tak sebanding dengan sumur bor milik masyarakat.

Baca juga JEO Kompas.com: Ancaman Tenggelamnya Wilayah di Pesisir Utara Jawa Tengah

“Coba lihat bagaimana peta keberadaan industri di pesisir. Mulai dari pelabuhan, Terboyo, Wijayakusuma, itukan banyak sekali kawasan industri yang mengambil air bawah tanah,” kata dia.

Kawasan tersebut, kata dia, diprediksi akan tengggelam lantaran kurang antisipasi dari pemerintah dan pelaku industri.

Dengan minimnya jumlah air tanah, permukaan tanah menjadi mudah ambles.

Akibatnya, tanah turun 10-20 sentimeter setiap tahunnya di daerah pesisir utara, terutama Pekalongan, Demak, dan Semarang.

“Alternatifnya harusnya pakai air tanah dangkal. Nah, jumlah air dangkal kita kan juga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan industri,” ujar dia.

Ia menyarankan pemerintah dapat mengatur pemenuhan kebutuhan air untuk pelaku industri melalui PDAM.

Tentu saja dengan harga berbeda dengan PDAM rumah tangga.

Dengan begitu, mampu meminimalisir ekstraksi air bawah tanah sehingga terjadinya rob dapat diperlambat.

“Solusi jangka panjangnya ya memperbaiki tata ruangnya ya, harus memiliki aturan tata ruang yang ditaati, mungkin penempatan industri,” kata dia.

Baca juga: DPRD Minta Pemerintah Pusat Bantu Permasalahan Banjir Rob di Kota Semarang

Sehingga nantinya pembangunan infrastruktur tidak menambah beban permukaan tanah yang sejak awal memang tidak berstruktur tanah tua atau tidak padat.

Penurunan muka tanah itu kan ada yang alami kompaksi ya, karena tanahnya memang masih bujang. Kalau jenis tanah tua, tidak lagi mengalami penurunan. Tapi, di Semarang dan sekitarnya kan tanahnya masih berusaha untuk kompak (padat) ya,” ujar dia.

Kondisi struktur tanah seperti di Semarang yang terbebani pembangunan dan pengambilan air bawah tanah berlebihan membuat permasalahan semakin kompleks.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Regional
Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Di Balik Video Viral Kebocoran Pipa Gas di Indramayu

Regional
Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Bocah Perempuan 15 Tahun Laporkan Sang Ibu ke Polisi karena Dijual ke Laki-laki Hidung Belang

Regional
Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Waduk Pondok Ngawi: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Jalan Braga Bakal Ditutup untuk Kendaraan di Akhir Pekan

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Siswi SMP di Demak Dipaksa Hubungan Badan dengan Pacar, lalu Diperkosa 3 Orang Bergiliran

Siswi SMP di Demak Dipaksa Hubungan Badan dengan Pacar, lalu Diperkosa 3 Orang Bergiliran

Regional
Tim SAR Cari Penumpang yang Jatuh dari KMP Reinna di Perairan Lampung

Tim SAR Cari Penumpang yang Jatuh dari KMP Reinna di Perairan Lampung

Regional
Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Regional
Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Regional
Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com