SOLO, KOMPAS.com - FX Hadi Rudyatmo merupakan Wakil Wali Kota Solo periode 2005–2010 dan 2010–2012. Rudy sapaan akrab mendampingi Joko Widodo (Jokowi) sebelum mundur karena terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012 silam.
Rudy menceritakan pengalaman mendampingi Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan di Solo. Pemerintahan Jokowi-Rudy ini dikenal dengan blusukannya pada masyarakat. Hingga sekarang Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia masih melakukan blusukan.
Tradisi blusukan Jokowi ini awalnya dikenalkan oleh Rudy. Jokowi yang kala itu dicalonkan sebagai wali kota Solo selalu diajak Rudy blusukan menemui pengurus ranting dan pengurus anak cabang (PAC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
"Sebelum konvensi itu Pak Jokowi sudah saya ajak keliling ke beberapa ranting dan PAC, kita perkenalkan," kata Rudy mengawali kisahnya ketika ditemui Kompas.com di kediamannya Pucangsawit, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/11/2022).
Pertama kali blusukan, Jokowi diajak Rudy ke enam lokasi. Bahkan, Rudy masih ingat betul Jokowi sempat jatuh sakit setelah beberapa kali diajak berkeliling menemui masyarakat.
"Pertama kali enam tempat dulu. Nganggo masuk angin sik (pakai masuk angin dulu)," ucap dia.
Setelah blusukan ke enam lokasi, Rudy meningkatkan jumlah lokasi yang dikunjungi Jokowi. Sebagai lantar belakang pengusaha, Jokowi saat itu belum terbiasa dengan blusukan.
Blusukan untuk menyerap aspirasi masyarakat Solo ini terus dilakukan Jokowi dan Rudy sampai ditetapkan menjadi pasangan pemenang Pemilu 2005.
"Terus lokasi (blusukan) tak tingkatkan pernah sampai terlunta-lunta karena (Jokowi) wong ya pengusaha kan beda dengan saya wong manongan. Akhirnya sampai terpilih menjadi wali kota. Kampanye setiap hari tidak kurang dari 12 titik. Terus muter sampai malam," ungkap Rudy.
Baca juga: Muncul Baliho Ganjar Nurut” di Kota Semarang, FX Rudy Maknai Ini
Menjelang pemilihan wali kota dan wakil wali kota Solo pada 2005, kata Rudy, Jokowi duduk di teras rumahnya. Rudy pun menyampaikan kepada Jokowi saat itu bahwa dirinya akan mendapatkan suara sebanyak 39,9 persen.
Kala itu ada empat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang bersaing mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat Kota Bengawan. Pasangan Jokowi-Rudy akhirnya keluar sebagai pemenang pemilu 2005 dengan perolehan 38,9 persen suara.
"H-3 (pemilihan) Pak Jokowi duduk di sini (teras rumah) sambil menggelar kloso (tikar). Iya saya sampaikan besok kita mendapatkan suara 39,9 persen. Eh ternyata dapat suaranya 38,9 persen," terang dia.
Pengalaman yang menurut Rudy meyakitkan saat itu adalah dirinya dikira menjual partai karena menempatkan Jokowi sebagai wali kota. Sementara dirinya sebagai seorang Ketua DPC PDI-P posisinya hanya sebagai wakil wali kota.
"Paling menyakitkan dikira saya menjual partai itu. Ketua DPC kok hanya maunya jadi wakil wali kota saja. Enggak ada (jual partai). Saya orang yang blak-blakan kok. Enggak ada Pak Jokowi naik kendaraan bayar, enggak ada. Biaya kampanye itu memang risiko berdua," terang dia.
"Jadi tidak ada yang namanya membeli partai sekian itu tidak ada. Saya diisukan dapat sekian miliar ya biarkan saya Tuhan yang maha tahu gitu aja," sambung Rudy.