Oleh: Titin Fatimah, Fransisca Iriani Roesmala Dewi, Endah Setyaningsih*
PANDEMI mulai berangsur pulih. Kegiatan ekonomi di berbagai bidang mulai menggeliat, termasuk pariwisata.
Banyak tempat tujuan wisata sudah mulai dibuka, pengunjung sudah mulai ramai berdatangan.
Efek pembatasan selama pandemi, maka kebutuhan untuk ‘healing’ meningkat. Masyarakat beramai-ramai meluapkan kebutuhan untuk refreshing dan rekreasi, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Kegiatan outdoor menjadi salah satu pilihan bijak, karena pengunjung bisa lebih aman dengan tetap mendapatkan udara segar selama beraktifitas.
Ada alternatif tempat menepi yang cukup unik di Borobudur. Selama ini orang cenderung mengenal Borobudur sebatas candi saja.
Namun sebetulnya ada ‘hidden gem’ yang tersembunyi, yang belum banyak orang tahu. Ada 20 desa di Kawasan Borobudur yang menawarkan banyak atraksi wisata pedesaan. Alam lingkungan Kawasan Borobudur yang masih asri menambah indahnya nuansa pedesaan.
Kawasan Borobudur merupakan sebuah wilayah yang memiliki nilai-nilai penting sebagai saujana (cultural landscape) yang perlu dilestarikan.
Saat ini Borobudur menjadi salah satu dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tren wisata di kawasan Borobudur mulai berkembang berupa wisata alternatif ke desa-desa di sekitarnya.
Peluang pengembangan desa-desa di sekitar Candi Borobudur juga ditangkap oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan penyusunan Borobudur Trail of Civilization (BToC).
BToC ini merupakan tema utama pengembangan produk wisata budaya yang menyusun pola perjalanan wisata sekaligus sebagai sarana edukasi untuk medium transfer pengetahuan.
Pengembangan pola perjalanan tematik Borobudur Trail of Civilization menitikberatkan pada proses penceritaan narasi (storytelling) yang berasal dari interpretasi panel-panel relief Candi Borobudur dan mengaktualisasi aktivitas pendukungnya di desa-desa yang ada di sekitar kawasan Borobudur.
Jadi pengembangan kawasan tidak hanya fokus di candinya saja, namun juga pada penguatan budaya untuk masyarakat dan pengunjung, pelestarian lingkungan desa-desa sekitar, serta untuk menguatkan ekonomi lokal.
Desa Giritengah merupakan salah satu dari 20 desa di Kecamatan Borobudur yang terletak di sisi barat daya Candi Borobudur. Desa ini memiliki banyak potensi menarik sehingga dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata desa.
Salah satunya adalah Puncak Bukit Pos Mati yang merupakan destinasi wisata punthuk (puncak bukit) yang pertama kali dikenal di Desa Giritengah sejak tahun 2004.