SALATIGA, KOMPAS.com - Seorang lelaki tua mengawasi lima orang yang sedang memotong kertas. Sesekali dia mengecek ukuran-ukuran kertas agar sesuai dengan pesanan.
Lelaki tua itu bernama Soepardjo, usianya 97 tahun. Dia adalah ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Salatiga, yang memiliki 199 anggota. Meski begitu, masih terlihat kegagahan dan ketegasan di wajahnya.
Pada upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Pemkot Salatiga Kamis (10/11/2022), Soepardjo menjadi Inspektur Upacara. "Terus terang saya bangga, karena diajak dan menjadi petugas upacara bersama pejabat-pejabat di Salatiga," jelasnya, Jumat (11/11/2022).
Menurut Soepardjo, dengan menjadi Inspektur Upacara, dirinya bisa menularkan semangat nasionalisme kepada generasi penerus.
"Termasuk juga kepada para pejabat tersebut, jangan lupa bahwa amanah itu tugas yang menjadi tanggung jawab, harus dilaksanakan sebaiknya," ungkapnya.
Dia mengaku, berdiri selama satu jam saat upacara juga menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya yang berusia hampir satu abad. "Tapi alhamdulillah, semua lancar. Saya tidak merasa kesemutan, pegel, atau capek, tapi malah bersemangat," kata Soepardjo.
Soepardjo yang kelahiran 1 Agustus 1926, mengatakan dirinya awal menjadi tentara bergabung di Batalyon 1 Divisi 4 Resimen 23.
"Jadi itu laskar-laskar yang ada digabung menjadi satu, dan selanjutnya menjadi tentara. Saat itu Danyon bernama Soegiyono Gajah," terangnya.
Dia mengenang beberapa pertempuran yang berkesan bagi dirinya. Pada 1947, Soepardjo dan rekannya menghadapi pasukan Gurkha Belanda. "Kami membentengi agar mereka tidak masuk ke Salatiga, pertempuran terjadi di Banyubiru, Tuntang, dan sekitar rawa-rawa itu," kata Soepardjo.
Baca juga: Bertemu Bobby Nasution, Veteran Minta Kantor LVRI yang Rusak Direnovasi
Selain itu, lanjutnya, dia dan rekan-rekannya di antaranya Min Kawat, Slamet Teguh, Sirol, dan Suradi, adalah tipikal pencari pertempuran.
"Jadi kalau ada suara ledakan, kami malah mendekat. Modalnya itu hanya dua granat dan senjata pistol, tapi tidak pernah digunakan. Sayang soalnya pelurunya cuma sedikit," paparnya.
"Tapi untungnya, selama pertempuran itu kami tidak ada yang kena peluru. Hanya lewat di kanan, kiri, tapi tidak ada yang kena," kata Soepardjo.
Baca juga: Peringati HUT Ke-77 RI, Bupati Blora Berkunjung ke Rumah Veteran dan Purnawirawan
Soepardjo mengungkapkan dirinya pensiun dini dari tentara dan selanjutnya membuka usaha pemotongan kertas.
"Usaha ini sudah lama, dulu jadi supplier juga untuk surat kabar, tapi sekarang untuk buku, sesuai pesanan. Sekarang ada lima karyawan, dulu sampai 17 orang," kata dia.
Dia berpesan kepada generasi muda untuk selalu belajar dan bersemangat. "Bagaimana pun, kami yang tua-tua ini akan digantikan yang muda. Sehingga kaum muda harus belajar dalam segala bidang, tapi jangan lupakan nasionalisme demi Indonesia," kata Soepardjo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.