Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelora Ruang Gerak Musik Indie di Kota Semarang, Kini, Dulu, dan Nanti

Kompas.com - 03/11/2022, 08:59 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki banyak keunggulan dibidang seni dan budaya. Meski tak segemerlap layaknya kota seniman, seperti Jakarta, Bandung, Jogja ataupun Solo, Kota Semarang memiliki geliat yang cukup bermuara.

Hal tersebut ditunjukkan oleh sejumlah pelaku seni, terlebih di bidang musik indie dalam meningkatkan eksistensinya.

Tidak hanya melalui konser musik, mereka juga kerap mengadakan pemeran mandiri, hingga diskusi sederhana terkait hiruk pikuk berkembangnya musik indie di ranah lokal maupun nasional.

Baca juga: Ketika Musik Indie Digandrungi Anak Muda Semarang

Komite Musik Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Kesit Agung Wijanarko, menuturkan, musik indie di Kota Semarang telah hidup sejak 1990-an. Lantaran demikian, tidak banyak pula yang masih bertahan dengan genre maupun khas musik yang dibawa.

Bukan tanpa alasan musik indie terbentuk dan tetap dipertahankan di Kota Semarang. Menurut pelaku sekaligus pengamat musik indie sejak era 90-an itu, terbentuknya musik indie kala itu bertujuan untuk melawan industri musik yang kapitalistik.

“Kalau dulu namanya underground. Dengan konteks ingin melawan kapitalisme industri musik, yang menimbulkan mekanisme tidak adil dalam distribusi rekaman, bahkan kesempatan mendapat kontrak rekaman. Karena mereka melakukan cara yang tidak sehat,” jelas Kesit kepada Kompas.com, Rabu (2/11/2022).

Dengan demikian, Kesit lantas berinisiatif membuat jaringan dari kawan-kawan dengan idealisme serupa untuk mengembangkan musik indie di Kota Semarang.

Artinya, secara kolektif mereka melakukan rekaman sendiri, mengatur jadwal panggung sendiri, hingga mendistribusikannya sendiri.

Kesit menyebut, dengan sistem yang lebih sehat itulah, musik indie di Kota Semarang bisa aktif dan berkembang.

Baca juga: Perjuangan Pas Band, Musisi Bandung yang Jadi Band Indie Pertama di Indonesia

“Karena dengan cara yang tidak sehat, teman-teman yang memiliki idealisme itu tidak bisa terkomodasi disitu. Maka kami memilih untuk mengembangkan konsep kemandirian bermusik,” jelas dia.

Dalam perjalanannya, musik indie di Kota Semarang cukup berkembang dengan berbagai macam genre.

Mulai dari pop, rock, pop rock, grindcore, hardcore punk, indie punk, alternative, folk, dan masih banyak lainnya.

Kesit menyebut, genre musik tersebut memiliki spesifikasi lagi di dalamnya. Tak heran, band indie di Kota Lumpia juga bertambah banyak seiring berjalannya waktu.

Ambulance Panic Voice, band indie asal Semarang yang mempertahankan genre pop punk. (Dok. Ambulance Panic Voice)KOMPAS.com/ Sabrina Mutiara Fitri Ambulance Panic Voice, band indie asal Semarang yang mempertahankan genre pop punk. (Dok. Ambulance Panic Voice)

"Semakin ke sini, anak-anak muda semakin terdorong untuk menciptakan musik yang genrenya lebih spesifik. Mereka ingin terlihat berbeda. Karena untuk mendapatkan apresiasi, salah satu caranya ya bagaimana bisa menjadi beda. Makanya pergolakan genre musik di Semarang ada," tutur Kesit.

Baca juga: Figura Renata, Band Indie asal Semarang yang Konsisten Bermusik Bawakan Isu Anak Muda

Terdidik mandiri

Upaya mandiri bermusik yang dilakukan Kesit dan kawan-kawannya itu mulai mencapai titik terang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com