KOMPAS.com - Tradisi Nganggung merupakan tradisi yang terdapat di masyarakat Melayu Bangka Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tradisi Nganggung adalah membawa makanan dari rumah masing-masing ke sebuah pertemuan besar dalam waktu tertentu.
Nganggung merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang hingga saat ini.
Berikut ini adalah pengertian, tata cara, dan makna Nganggung.
Nanggung adalah tradisi membawa makanan dari masing-masing rumah penduduk menuju tempat pertemuan besar yang dilakukan secara berbondong-bondong.
Tempat pertemuan ini dapat berupa masjid, surau, langgar atau lapangan.
Kegiatan dilakukan pada waktu-waktu tertentu, terutama dalam perayaan agama Islam.
Tradisi nganggung umumnya dilakukan pada saat Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya'ban, Muharram atau setelah shalat Idul Fitri maupun Idul Adha, serta untuk merayakan panen.
Baca juga: Melihat Tradisi Perayaan Maulid Adat Karang Bajo di Lombok
Di kampung-kampung, adat ini disebut juga Sepintu Sedulang atau Selawang Sedulang, artinya setiap bubung rumah menyediakan makanan untuk dibawa ke masjid atau balai desa, tempat berkumpul masyarakat kampung.
Tradisi ini juga dilakukan pada acara sosial lainnya yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat kampung.
Biasanya dulang atau tempat untuk menyusun makanan atau dulang terbuat dari timah, kuningan, atau kayu.
Pada sebagian masyarakat Bangka "dulang" disebut juga "talam".
Di atas dulang atau talam ini diatur piring-piring yang berisi makanan, seperti nasi dan lauk pauk, buah-buahan maupun kue-kue.
Kemudian, dulang atau talam tadi ditutup dengan tudung saji.
Pada zaman dahulu, tudung saji terbuat dari daun mengkuang(pandan hutan) atau daun purun. Bentuknya ada yang menyerupai masjid maupun candi.