PALEMBANG, KOMPAS.com - Pendapatan Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan Palembang, Sumatera Selatan telah mencapai Rp 15 miliar dalam kurun waktu satu tahun, terhitung pada 2021 kemarin.
Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan Dedik Tri Istiantara mengatakan, total pendapatan Rp 15 miliar itu bukan hanya dari tiket penumpang LRT.
Namun, hasil menjual tenant yang ada di setiap 13 stasiun juga menambah pendapatan kereta api ringan tersebut.
Baca juga: Ridwan Kamil Sebut LRT Palembang Sepi Penumpang, KAI Ungkap Fakta Sebaliknya
Dedik menjelaskan, nilai subsidi perintis LRT sampai dengan saat ini mencapai Rp 160 miliar per tahun.
Meski masih jauh dari nilai subsidi, hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk membantu masyarakat menggunakan transportasi umum.
“Inilah sebagai bukti negara hadir untuk membantu masyarakat untuk mobilitas yang efisien dan murah. Kalau untuk nilai investasi LRT ini adalah Rp 10,2 triliun. Sementara subsidi per tahun sampai hari ini adalah Rp 160 miliar,” kata Dedik, saat memberikan keterangan pers, Selasa (25/10/2022).
Menurut Dedik, hasil pendapatan LRT itu digunakan kembali untuk investasi ke aset lain agar dapat mempermudah masyarakat menggunakan layanan LRT.
Salah satunya adalah rencana penambahan lima unit angkot feeder LRT.
Angkot Feeder ini nantinya akan membantu warga yang tak dilintasi LRT dapat menuju ke stasiun terdekat secara gratis.
Sejauh ini, telah ada 57 unit feeder angkot yang dioperasikan ke kawasan Jakabaring, Asrama Haji, Talang Jambe dan Perumnas Talang Kelapa.
“Beda kita dengan swasta adalah, tidak mencari keuntungan. Keuntungan itu digunakan kembali ke masyarakat,” ujarnya.
LRT Palembang menurut Dedik telah mengalami peningkatan sejak dioperasikan pada 2018 lau. Hal ini terlihat dari jumlah penumpang yang telah meningkat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan dari catatan mereka, pada Juli tahun 2018 okupansi harian mencapai 5.040 penumpang, dengan rincian pada hari libur mencapai 7.296 orang dan hari biasa mencapai 4.128 penumpang.
Kemudian di tahun 2019, okupansi harian meningkat menjadi 7.176 penumpang dengan rincian hari libur mencapai 9.722 penumpang dan hari biasa 6.161 penumpang.
Di tahun 2020, jumlah okupansi harian mencapai 2.879, dengan rincian hari libur 3.501 dan hari biasa 2.632 penumpang. Pada 2021, jumlah okupansi mencapai 4.381 orang dengan penumpang pada hari libur mencapai 5.503 orang dan hari biasa 3.934 orang.
Pada tahun 2022, okupansi harian mencapai 7.948 orang dengan jumlah penumpang hari libur 9.018 orang dan hari biasa 7.511 penumpang.
Baca juga: Ridwan Kamil Minta Maaf ke Warga Palembang, Jelaskan Konteks Kritik LRT
“LRT Palembang pada tahun 2020 mengalami penurunan drastis mencapai 60 persen yang disebabkan pandemi Covid-19. Kemudian tahun 2021 mengalami pertumbuhan 52 persen dan di tahun 2022 sampai dengan 23 Oktober mengalami pertumbuhan 47 persen,” jelasnya.
LRT Palembang pun menurut Dedik terus melakukan berbagai sosialisasi ke masyarakat mulai dengan membuat promo penggunaan LRT gratis selama satu bulan pada 17 Agustus kemarin hanya dengan top up Rp 30 ribu.
“Ke depan LRT Palembang akan menggunakan kartu dan tindak memakai uang tunai lagi sesuai dengan petunjuk BI,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.