PALEMBANG, KOMPAS.com - Sebanyak 735 warga Palembang, Sumatera Selatan, terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari sampai Oktober 2022 lantaran cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut.
Dinas Kesehatan Kota Palembang mencatat, dari 18 kecamatan, wilayah Kalidoni merupakan penyumbang terbesar kasus DBD sebanyak 85 kasus.
Sementara untuk Kecamatan Ilir Barat II sebanyak 22 kasus, Gandus 26 kasus, Seberang Ulu (SU) I sebanyak 42 kasus, Jakabaring 31 kasus.
Baca juga: DBD di Sikka Tembus 355 Kasus, Bupati: Sosialisasi Pencegahan Harus Terus Digencarkan
Kemudian Kertapati 40 kasus, Seberang Ulu (SU) II sebanyak 38 kasus, Plaju 69 kasus, Ilir Barat (IB)I sebanyak 60 kasus, Bukit Kecil 15 kasus, Ilir Timur (IT) I sebanyak 16 kasus.
Kemudian, Kecamatan Kemuning 37 kasus, Ilir Timur II sebanyak 69 kasus, Ilir Timur (IT) III sebanyak 35 kasus, Kalidoni 85 kasus, Sako 31 kasus, Sematang Borang 29 kasus, Sukarami 61 kasus, dan Alang-Alang Lebar 29 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Palembang, Yudhi Setiawan mengatakan, tingginya penderita DBD di Kalidoni lantaran daerah tersebut rawan banjir.
Akibatnya, jentik nyamuk dan air kotor membuat nyamuk DBD mudah menyebar hingga menyengat warga.
“Karena kondisi sekarang cuaca ekstrem dan sering terjadi hujan, membuat wilayah menjadi rawan banjir dan penyakit DBD menjadi meningkat,” kata Yudhi.
Baca juga: Kasus DBD di Balikpapan Capai 1.033 Orang, IGD Rumah Sakit Penuh
Yudhi menjelaskan, dari 735 kasus DBD di Palembang, dua orang meninggal dunia. Mereka yang paling rentan pertama terkena DBD adalah warga berusia 5-14 tahun. Sedangkan yang rentan kedua usia 15-44 tahun.
“Penderitanya paling banyak adalah laki-laki,” jelas Yudhi.
Untuk mengantisipasi angka DBD semakin tinggi, Dinkes Palembang terus menerus mengimbau masyarakat melaksanakan program 3M, yakni menutup, menguras, dan mengubur barang bekas sehingga jentik nyamuk tak berkembang.
“Untuk barang bekas pakai yang tidak lagi digunakan lebih baik dibuang untuk mencegah jentik nyamuk berkembang,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.