JAYAPURA, KOMPAS.com - 13 September 2021, menjadi mimpi buruk warga di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Tiba-tiba, wilayah itu diserang kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Ngalum Kupel.
Saat itu, KKB menyerang Kiwirok dan menghancurkan beberapa fasilitas umum, termasuk Puskesmas Kiwirok. Selain itu, seorang tenaga kesehatan tewas dan dua lainnya terluka akibat kekejaman KKB.
Takut menjadi korban, ratusan warga Kiwirok berbondong-bondong melarikan diri dan mengungsi ke Distrik Oksibil dengan berjalan kaki.
Distrik Kiwirok adalah salah satu kawasan terpencil di Pegunungan Bintang Papua. Untuk menuju Kiwirok hanya bisa dijangkau dengan penerbangan dari Distrik Oksibil selama 30 menit.
Jika berjalan kaki, biasanya masyarakat setempat membutuhkan waktu dua malam dari Oksibil menuju Kiwirok.
Selain karena kawasan tersebut dipenuhi perbukitan yang cukup tinggi, akses jalan juga belum dibuka.
Setahun berselang, warga Kiwirok yang berada di Oksibil berharap kembali untuk meneruskan hidup di tempat asalnya.
Baca juga: KKB Serang Pos TNI di Kiwirok Papua, Polisi: Status Situasi Keamanan Saat Ini Siaga Satu
Salah satu warga Kiwirok yang berada di Oksibil, Niko Nawipa menyatakan, ingin segera kembali ke Kiwirok.
Menurut dia, sebagian besar masyarakat Kiwirok yang berada di Oksibil memiliki harapan yang sama. Sebelum kejadian penyerangan KKB, Kiwirok adalah tempat yang aman dan mulai terkenal karena biji kopinya.
"Kami sangat rindu dengan kampung kami, melakukan aktivitas biasa seperti yang kami lakukan di kampung kami," ujar Niko melalui keterangan tertulis, Selasa (11/10/2022).
Niko yang merupakan Kepala SMPN Kiwirok memandang banyak warga yang sulit mendapat kehidupan layak selama berada di Oksibil.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dan aparat keamanan bisa memfasilitasi mereka kembali ke Kiwirok.
Hal senada juga disampaikan Karolus Butu yang khawatir kekosongan di Kiwirok bisa membuat bangunan di wilayah tersebut rusak karena tidak ada yang merawat.
“Kami ingin kembali dan menata ulang kehidupan kami disana kampung halaman kami, karena kami disini sudah cukup lama," kata dia.
Ia juga mengkhawatirkan keadaan anak-anak Kiwirok yang harus bersekolah di Oksibil dengan keadaan seadanya.
Menurut dia, saat melarikan diri, warga hanya bisa membawa barang seadanya karena takut melihat aksi KKB.
"Maka dari itu kami harap pemerintah segera membangun kembali sarana dan prasarana di Distrik Kiwirok, terutama gedung sekolah, agar kami dapat bertugas dan bersekolah kembali seperti sekolah lain di indonesia dan membangun kampung kami distrik Kiwirok," tuturnya.