Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gamelan Kiai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari Ditabuh, Perayaan Sekaten Keraton Solo Dimulai

Kompas.com - 01/10/2022, 16:46 WIB
Labib Zamani,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Perayaan Sekaten di Keraton Solo, Jawa Tengah, resmi dimulai dengan ditabuhnya dua gamelan, Kiai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari di halaman Masjid Agung Solo, Sabtu (1/10/2022) siang.

Dua gamelan pusaka Keraton Solo ini sebelumnya diarak para abdi dalem dari halaman Keraton Solo menuju ke halaman Masjid Agung.

Seperangkat gamelan Kiai Guntur Madu ditaruh di bangsal selatan dan gamelan Nyai Guntur Sari di bangsal utara.

Baca juga: Kirab Malam 1 Suro Keraton Solo, 4 Kerbau Bule Mengiringi 9 Pusaka

Warga sejak pagi sudah tampak memadati halaman di Masjid Agung Solo untuk menantikan para abdi dalem keraton memainkan gamelan pusaka.

Bangsal atau lokasi gamelan Kiai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari sudah dihiasi dengan janur (daun kelapa muda).

Begitu juga di sekitarnya, para penjual kinang juga tampak berderet melayani para pembeli.

Namun, pembeli kinang tidak serta merta bisa langsung mengunyah kinang tersebut. Sesuai tradisi Jawa, kinang akan dikunyah bersama-sama dengan ditabuhnya gamelan Kiai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari.

Setelah doa dipanjatkan, dua gamelan pun dimainkan para abdi dalem Keraton Solo dengan mengenakan pakaian tradisional Jawa.

Permaisuri Raja Keraton Solo GKR Pakubuwana XIII ikut menyaksikan ditabuhnya dua gamelan tersebut.

Pada saat bersamaan, warga tanpa diperintah langsung menguyah kinang yang sudah ada di tangan.

Baca juga: Asal-usul Kebo Bule, Pengawal Pusaka Kyai Slamet dalam Tradisi Kirab Malam 1 Suro di Keraton Surakarta

 

Sebagian warga berebut janur yang menghiasai bangsal gamelan, baik sisi selatan maupun utara.

Tafsir Anom Keraton Solo, KRT Muhtarom mengatakan, Sekaten adalah upacara adat keraton yang setiap tahun diadakan. Tahun ini kembali digelar dengan meriah setelah dua tahun lalu tidak berlangsung hanya dipusatkan di keraton.

"Alhamdulillah tahun ini bisa kita laksanakan kembali dan menjadi event tahunan keraton dan Masjid Agung selaku tempat diselenggarakannya Sekaten," ungkap Muhtarom.

Sekaten, lanjut dia, merupakan warisan budaya Islam dari para walisanga di Demak kemudian dilestarikan sampai di Mataram dan Solo hingga saat ini.

"Sekaten ini memilik makna sahadatain. Orang Jawa mengatakan Sekaten, kalimat syahadat menjadi kalimasodo. Jadi ini merupakan sebuah upacara adat dan tradisi mengusung gamelan oleh para wali menjadi alat dakwah yang efektif di Jawa ini," kata dia.

Dia menambahkan, gamelan yang ditabuh ini ada dua melambangkan bahwa hidup ini berpasang-pasangan. Kemudian untuk nginang yang ada di tradisi Sekaten memiliki makna.

Baca juga: Kirab Malam Satu Suro Keraton Solo, Polisi Siagakan Ratusan Personel

"Islam itu memiliki rukun Islam. Rukun Islam itu ada lima, maka dengan menginang atau nginang itu terdiri dari suruh. Suruh melambangkan dua kalimat syahadat, gambir melambangkan shalat, ada enjet adalah puasa, terus susur itu zakat dan kembang kantil itu haji," ungkap dia.

"Empat unsur ini pahit semua. Suruh, membaca kalimat syahadat susah juga. Artinya butuh komitmen, butuh perjuangan. Shalat juga butuh perjuangan, puasa juga pahit. Artinya kalau semua dijalankan secara simultan sudah bagus," sambung Muhtarom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Regional
Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Regional
50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

Regional
Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Regional
Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Regional
Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Regional
Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Regional
26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

Regional
Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Regional
127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com