Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Keunikan Kain Sarung Tenun Goyor

Kompas.com - 21/09/2022, 10:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Bagi penggemar kain sarung, nama sarung "goyor" tentunya tak asing lagi.  Sarung yang dibuat dari bahan tenun berkualitas ini dikenal nyaman dan adem saat dipakai.

Bahkan, dilansir dari TribunSolo.com, bahan kain tenun goyor juga menjadi seragam dinas yang dipakai tiap hari Selasa oleh para ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Baca juga: Busana dari Tenun Cual Khas Bangka Belitung Ditampilkan di Paris

Menurut pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) Margo Lawe, Darmono (44), tepatnya di Desa Sambirembe, Kecamatan Kalijambe, mengatakan, sarung goyor diakui terkenal karena kualitas benangnya.

"Sarung goyor ini memiliki sifat toldem, nyantol langsung adem (dipakai langsung dingin)," ujarnya, Selasa (16/8/2022).

Keunikan sarung goyor

Menurut Darmono, sebagian besar sarung dibuat dari benang polyester. Sementara sarung goyor dirajut dengan benang rayon dari tumbuhan eukaliptus dengan nama latinnya Eucalyptus

Dikutip dari artikel Kompas.com bulan Mei 2021, tumbuhan ini berasal dari Australia dan memiliki lebih dari 700 jenis atau spesies di dunia.

Baca juga: Wali Kota Tasikmalaya Wajibkan Pejabat dan ASN Pakai Sarung dan Nonton Wayang Golek

Menurut Darmono, bahan tersebut membuat sarung goyor tidak membuat gerah pemakai saat musim panas.

"Maksudnya kalau dipakai di musim dingin rasanya hangat, sedangkan kalau dipakai di musim panas rasanya adem," jelasnya.

Sementara kata goyor sendiri berarti lebih kurang lentur atau lembek.

Baca juga: Selama Ramadhan, ASN di Pemalang Wajib Kenakan Sarung Goyor

Halaman:


Terkini Lainnya

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Regional
Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Regional
50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

Regional
Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Regional
Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Regional
Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Regional
Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Regional
26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

Regional
Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Regional
127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

Regional
Kisah Jumadi, Mudik Jalan Kaki 4 Hari 4 Malam dari Jambi ke Lubuk Linggau karena Upah Kerja Tak Dibayar

Kisah Jumadi, Mudik Jalan Kaki 4 Hari 4 Malam dari Jambi ke Lubuk Linggau karena Upah Kerja Tak Dibayar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com