GORONTALO, KOMPAS.com – Ada banyak gedung dan struktur peninggalan era pemerintahan Hindia Belanda di Gorontalo. Peninggalan Belanda ini berada di satu kawasan yang mencirikan arsitektur bergaya Indis.
Arsitektur Indis menggabungkan gaya budaya Eropa (Belanda) dengan unsur lokal Gorontalo. Gaya arsitektur ini lahir dari proses panjang persentuhan akulturasi budaya.
Sebaran bangunan dan struktur lama ini berpusat di lapangan luas tepat di tengah kota, sekarang bernama lapangan Taruna Remaja yang juga menjadi titik 0 km Gorontalo.
Di lapangan Taruna Remaja, saat ini berdiri patung tokoh kemerdekaan yang juga pahlawan nasional, Nani Wartabone. Dia adalah seorang petani yang melakukan perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda pada masa mudanya.
“Secara morfologi, kota lama Gorontalo adalah yang paling utuh dan lengkap di Pulau Sulawesi,” kata Irfanuddin Marzuki peneliti kota lama Gorontalo dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sabtu (27/8/2022).
Morfologi kota lama Gorontalo ini mengacu pada bentuk dan struktur tata ruang.
Dalam perkembangannya, kota lama Gorontalo tumbuh dari kota tradisional, yakni kerajaan Hulontalo yang berada di antara dua sungai besar, Bolango di sisi barat dan Bone di sisi timur.
Pada era Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), kota ini mulai mendapat sentuhan Eropa.
Pada sejumlah dokumen lama berbahasa Belanda, pengaruh VOC terlihat di pusat pemerintahan kerajaan yang dikelilingi oleh dinding benteng batu.
Dalam dokumen tersebut, benteng ini disebut Ilodoa, yang sampai saat ini masih menyisakan dinding sebelah barat. Bagian lain benteng sudah hancur tak bersisa.
“Kota Gorontalo merupakan salah satu kota yang memiliki kawasan kota lama di Sulawesi dengan tinggalan-tinggalan arkeologi yang sangat potensial,” ujar Irfanuddin yang juga merupakan seorang arkoelogi.
Irfanuddin merupakan arkeolog yang menghabiskan waktunya bertahun-tahun melakukan riset tinggalan kota lama Gorontalo sejak ia masih berada di Balai Arkeologi Sulawesi Utara sebelum dilebur ke BRIN.