KOMPAS.com - Tari Gambyong adalah tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya dari Kota Surakarta.
Tari Gambyong memiliki beberapa jenis koreografi, diantaranya adalah Tari Gambyong Pareanom, Tari Gambyong Pangkur, dan Tari Gambyong Retnokusumo.
Baca juga: Tari Gambyong, Tari Tradisional Jawa Tengah
Meski berasal dari tarian rakyat, perkembangan Tari Gambyong juga tidak terlepas dari peran Keraton Surakarta.
Baca juga: Tari Gambyong Asal Surakarta, Sejarah, Gerakan, Cerita, dan Keunikan
Dilansir dari laman Kemendikbud, Tari Gambyong merupakan perkembangan dari tari rakyat, yaitu tledek atau tayub.
Baca juga: Sejarah Tari Gambyong dan Ciri-cirinya
Dalam catatan Keraton Surakarta, sejarah Tari Gambyong disebut dalam Serat Centhini yang ditulis pada abad XVIII.
Nama tarian ini diambil dari pencipta Tari Gambyong yaitu Mas Ajeng Gambyong, seorang penari dan sinden yang sangat terkenal pada abad ke-19.
Kemahiran dalam menari dan kemerduan dalam suara Mas Ajeng Gambyong membuatnya populer di kalangan kaum muda sehingga ia kemudian diundang ke Keraton Surakarta.
Selanjutnya Tari Gambyong banyak dimainkan untuk menyambut tamu kerajaan atau di depan para bangsawan atau priyayi.
Tari Gambyong pun perlahan diperhalus geraknya dan kemudian dibakukan menjadi tarian klasik yang ditampilkan di lingkungan Keraton Surakarta.
Kreativitas ini diawali oleh Nyi Bei Mintoraras, seorang seniman dari Pura Mangkunegaran yang menghasilkan tari gambyong pareanom pada 1950.
Dilansir dari laman dpad.jogjaprov.go.id, gerakan Tari Gambyong secara umum terdiri dari bagian awal, isi, dan akhir.
Dalam istilah Jawa gaya Surakarta, gerakan ini disebut maju beksan, beksan, dan mundur beksan.
Karakter gerak para penari Gambyong ini terkesan bergas, wibawa, dan terselip keanggunan.
Keseluruhan gerak Tari Gambyong terpusat pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.
Tari Gambyong memiliki gerakan kepala dan tangan yang khas dengan kesan kenes dan luwes.