KOMPAS.com - Penanganan Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada hewan ternak masih terus berlanjut.
Pemberian vaksin untuk mencegah hewan ternak tertular PMK juga masih digencarkan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Ketua Satgas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Jawa Barat, Asep Rahmat, mengungkapkan, per tanggal 2 Agustus 2022, sebanyak 2.847 ekor sapi di wilayah KPBS telah mendapatkan vaksin tahap 2.
"Setelah vaksin banyak (sapi) yang sakit, yang kena (PMK). Akhirnya yang di-booster yang tidak bergejala lagi," ujar Asep saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/08/2022).
"Sekarang yang masih sakit-sakit masih ada. Yang sudah divaksin muncul gejala ada nambah satu, tapi tidak sehebat yang awal-awal," tambahnya.
Berdasarkan data yang dihimpun KPBS, per tanggal 4 Agustus 2022, jumlah sapi yang terdampak PMK di wilayah KPBS berjumlah 8.753 ekor.
Adapun wilayah dengan jumlah sapi yang paling banyak terdampak adalah Kampung Los Cimaung, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yakni sebanyak 1.290 ekor sapi.
Kemudian, jumlah sapi yang masih sakit adalah 181 ekor, jumlah sapi yang membaik sebanyak 7.219 ekor, jumlah sapi yang mati sebanyak 429 ekor, dan jumlah sapi yang dijual atau dipotong sebanyak 924 ekor.
Asep mengatakan, akibat PMK, KPBS tidak hanya kehilangan hewan ternak, tetapi juga mengalami penurunan produksi susu.
"Produksi susu kita secara total turun hampir 23 persen, dari 66 ton per hari, sekarang 51 ton per hari. Mudah-mudahan naik lagi," ungkapnya.
"Awal-awal sampai 44 ton, titik paling rendah selama awal PMK," imbuh Asep.
Menurut data produksi susu di KPBS sebelum dan sesudah PMK, pada bulan Mei-Juni 2022, jumlah produksi susu masih mencapai 66,150 ton.
Sedangkan, sesudah PMK, yakni per 25 Juli 2022, jumlah produksi susu menurun sebanyak 15,590 ton sehingga totalnya menjadi 50,559 ton.
Baca juga: Sudah Tak Ada Kasus PMK di Buleleng, Pemerintah Masih Batasi Mobilitas Ternak
Setelah wabah PMK berakhir, Asep berharap usaha para peternak dapat kembali normal.
Mengenai rencana pemberian ganti rugi oleh pemerintah, Asep mengatakan, lebih baik jika mesin produksi peternak sapi mendapat ganti karena sapi-sapi yang sudah membaik pun masih belum sepenuhnya pulih.
"Produktivitasnya tidak kembali, ada gangguan reproduksi, ada yang kurus, luka-luka di kiri-kanannya, akhirnya dijual juga," kata Asep.
"Harapan saya, sebagai pengurus koperasi, sebagai peternak juga, sapi-sapi yang kemarin habis itu kalau bisa diganti dengan sapi baru yang benar-benar sehat," ucapnya.
Sementara itu, Asep mengatakan, pihaknya masih mengamati kemampuan reproduksi sapi-sapi di KPBS.
Baca juga: Kasus PMK Melonjak, Pemkab Bima Bentuk Satgas
"Mungkin setelah tiga bulan dari kasus pertama, saya baru bisa bicara seperti apa ini reproduksinya, produktivitasnya," pungkas Asep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.