NUNUKAN, KOMPAS.com – Penyidik Kantor Imigrasi Nunukan Kalimantan Utara menilai, dugaan mata-mata asing yang dialamatkan pada 3 WN Asing yang diamankan Satgas Marinir Ambalat XXVIII di Pulau Sebatik, tidak ada bukti spesifik dan otentik.
Sejauh ini, bukti yang mengarah ke dugaan tersebut, hanya sebatas sejumlah obyek vital militer di galeri handphone mereka.
"Hasil penyelidikan kami atas dugaan mereka adalah mata-mata asing, kemungkinannya sangat kecil," ujar Kepala Seksi Intel dan Pengawasan Keimirasian (Kasinteldakim) Imigrasi Nunukan, Reza Pahlevy, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: Ini Profil Warga Malaysia dan China Diduga Mata-mata yang Potret Obyek Vital di Nunukan Kaltara
Dalam pemeriksaan, penyidik mencoba memastikan beberapa hal, antara lain, apakah benar foto tersebut diambil secara sembunyi sembunyi, dan alasan pengambilan obyek militer tersebut.
Penyidik imigrasi sudah memetakan data diri dan identitas mereka, termasuk kebenaran bahwa mereka bekerja di kantor BUMN milik Perusahaan China Railway Construction Bridge Engineering Bureau Group South Asia Sdn Bhd, yang berkantor pusat di Tienjing, China.
Perusahaan asing tersebut, merupakan perusahaan yang membangun proyek kereta api cepat jurusan Jakarta–Bandung.
Reza mengatakan, ada beberapa jawaban yang cukup masuk akal dari para WNA.
"Misalnya, mengapa mengambil foto barble dengan posisi landscape dan mengarah ke radar TNI AL. Jawabannya, barble ada di posisi bawah, dan ada angle menarik di dekatnya, berupa bunga yang tumbuh di pot dari ban bekas. Tidak ada tujuan memotret radar," kata Reza.
Barble yang terbuat dari semen, dikatakan menarik perhatian WNA tersebut, karena biasanya, mereka hanya tahu barble besi.
Baca juga: Sejumlah Pengakuan Janggal 3 Warga Asing Diduga Mata-mata, yang Potret Obyek Vital di Kaltara
Selain itu, bangunan Indonesia semua memiliki ciri khas yang sama, dengan atap bentuk segitiga, di mana di China, sangat jarang bangunan dengan ciri khas tersebut.
"Secara logika, masuk akal saja penjelasan mereka. Tapi pemeriksaan masih terus dilakukan," tegasnya.
Tiga WN Malaysia dan China diamankan Satgas Marinir Ambalat XVIII di perbatasan Indonesia–Malaysia, di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Rabu (20/7/2022).
Mereka adalah, Leo Bin Simon (39) warga Jalan Batu 2 Apas 91000 Tawau, Sabah–Malaysia. Kemudian Ho Jin Kiat (40), beralamat di 26 Reservior Garden PH 1 38300 Kota Kinabalu, Sabah–Malaysia. Serta Ji Dong Bai (45), warga Provinsi Shanxi, China.
Satgas Marinir dalam keterangannya menyatakan, mereka menemukan sejumlah foto obyek vital dalam pemeriksaan yang dilakukan.
Baca juga: Soal Dugaan Spionase WNA di Kaltara, KSAL: Itu Bukan Intelijen
Kepala Kantor Imigrasi Nunukan, Washington Saut Dompak Napitupulu, mengungkapkan, ketiga WNA berangkat secara resmi dari Malaysia menggunakan kapal Kaltara Express, dan turun di pelabuhan Tunon Taka Nunukan, pada Selasa (19/7/2022).
Mereka dipandu seorang WNI bernama YF. Dan Sempat menginap di sebuah hotel di Nunukan.
Keesokan harinya, mereka lalu menyeberang ke Pulau Sebatik dengan alasan untuk survey rencana pembangunan jembatan penghubung Sebatik- Indonesia ke Tawau-Malaysia.
Di Sebatik, mereka memotret sejumlah obyek, antara lain, perkampungan masyarakat Lodres, Patok 3 Aji Kuning, PLBN Sebatik, dan daerah Somel di Sei Pancang yang merupakan kawasan militer TNI AL.
Hasil jepretan tersebut, ditemukan Satgas Marinir Ambalat XVIII saat pemeriksaan pelintas batas. Sehingga ketiganya diamankan dan diserahkan ke Kantor Imigrasi untuk proses lebih lanjut. "Foto-foto tersebut masuk dalam kategori titik rawan oleh TNI," jelas Washington.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.