KOMPAS.com - Jasa dan pengorbanan para pahlawan telah berhasil mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
Hasil dari perjalanan panjang perjuangan merebut kemerdekaan di berbagai daerah salah satunya adalah peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.
Baca juga: 5 Biografi Singkat Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat
Pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional atas tindakan yang dianggap heroik yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya atau berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
Baca juga: Biografi Jamin Gintings, Sosok Pahlawan Nasional dari Tanah Karo
Terkait pemberian gelar pahlawan nasional, persyaratannya telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Baca juga: 10 Pahlawan Nasional Asal Sumatera Barat, Salah Satunya Mohammad Hatta
Beberapa tokoh dari Jawa Tengah juga telah tercatat namanya dan diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Dilansir dari laman Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial, berikut adalah biografi singkatnya.
Jenderal Gatot Soebroto adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 10 Oktober 1907 di Banyumas, Jawa Tengah.
Beliau adalah salah satu tokoh dalam perjuangan militer Indonesia, dan telah menjadi tentara pada 3 zaman, yaitu zaman Belanda, zaman Jepang, dan zaman kemerdekaan.
Semasa hidup beliau pernah menjabat sebagai Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV Diponegoro, wakil staf Kepala Angkatan Darat.
Gatot Subroto juga menjadi penggagas berdirinya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
Jenderal Gatot Soebroto wafat pada usia 54 tahun pada 11 Juni 1962 dan dimakamkan di Ungaran Timur, Semarang.
Jenderal Gatot Soebroto kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 18 Juni 1962 melalui SK No.222 Tahun 1962.
Dr. Cipto Mangunkusumo (Tjipto Mangunkusumo) adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 4 Maret 1886 di Pecangakan, Ambarawa, Semarang.
Beliau adalah seorang dokter, wartawan, sekaligus tokoh pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia.
Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara, mereka dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai” yang membentuk Indische Partij atau partai IP.
Ia juga terlibat dalam organisasi Boedi Oetomo dan mengusulkannya untuk dijadikan sebagai organisasi politik.
Dr. Cipto Mangunkusumo wafat pada usia 57 tahun pada 8 Maret 1943 dan dimakamkan di Ambarawa, Semarang.