SEMARANG, KOMPAS.com - Dari sekian banyak destinasi wisata di Kota Semarang, ada satu tempat yang tak boleh dilewatkan, Gubug Serut namanya.
Letaknya tidak jauh dari kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), tepatnya di Jalan Persen Raya, Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Meski harus melewati turunan tajam dan lika-liku jalanan, destinasi wisata yang dibuka pada akhir tahun 2019 ini menjadi salah satu tempat favorit warga Semarang, terlebih kalangan anak muda.
Baca juga: Wisata Air Terjun Tirtosari Magetan Ditutup Usai Satu Pengunjung Tewas Tertimpa Batu
Sesampainya di Gubug Serut, pengunjung akan disambut suara gemericik air yang tenang, ditambah pemandangan yang asri nan melegakan. Tak hanya itu, langit juga tampak lebih biru, seolah tak ada asap polusi yang melintang.
Salah satu pengelola Gubug Serut, Yudi Prasetyo, menuturkan, Gubug Serut merupakan hasil kreativitas warga Desa Persen dalam memanfaatkan aliran Sungai Kaligarang.
Disampaikan oleh Yudi, sapaan akrabnya, dulunya gundukan bebatuan yang dilewati aliran air itu kerap digunakan sebagai tempat berkumpul dan bersantai para warga. Hingga suatu saat, ada warga luar yang mampir dan mengusulkan tempat ini agar diajukan sebagai tempat wisata.
“Katanya di sini tempatnya asyik. Dari situ, saya dan teman-teman berdiskusi, mengurus perizinan, dan beraksi. Bagaimana caranya biar bisa menarik untuk didatangi pengunjung,” tutur Yudi saat ditemui Kompas.com, Kamis (21/7/2022).
Sementara itu, wisata air yang dinamai Gubug Serut ini ternyata memiliki makna yang filosofis. Gubug, lantaran konsep utama yang ditawarkan adalah gubug-gubug yang berjejer di pinggir kali. Sedangkan Serut, karena di dekat lokasi tersebut terdapat pohon serut besar yang berusia ratusan tahun.
Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan pengunjung saat berkunjung ke Gubug Serut. Pengunjung dibebaskan untuk bermain air, nongkrong, bahkan berenang bagi anak-anak.
Baca juga: Monyet di Wisata Air Wendit Berkeliaran ke Permukiman Warga, Petugas Bantah karena Tak Diberi Makan
“Sebagian besar yang datang anak-anak muda, soalnya nyari tempat tongkrongan yang santai. Kalau weekend, banyak anak-anak sama orangtuanya,” jelas Yudi.
Menariknya, pengunjung hanya dikenai biaya parkir kendaraan agar bisa masuk ke destinasi wisata tersembunyi ini. Satu kendaraan motor hanya membayar Rp 3000, sedangkan mobil Rp 10.000. Sedangkan sewa ban, pengunjung dikenai biaya Rp 5000.
Tidak hanya itu, terdapat pula beberapa warung kecil sederhana yang menjajakan makanan ringan seperti sosis bakar, gorengan, jajanan pasar, hingga beragam macam es.
Dengan pendapatan itu, Yuli menyebut, dapat membantu perekonomian warga desa sekitar, terlebih pengelola Gubug Serut yang terdiri sekitar 25 orang.
“Syukur alhamdulillah bisa membantu perekonomian warga, desa, dan bisa mencukupi keperluan keluarga,” tutur Yudi.
Destinasi wisata yang beroperasional setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB itu, kini sudah lebih berkembang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perkembangan fungsi sebagai tempat penyelengaraan beberapa event.
Baca juga: Wisata Air Terjun Babak Pelangi Lombok Tengah Rusak, Diduga akibat Pengerukan Tanah