LEWOLEBA, KOMPAS.com - Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali melaporkan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok selama sepekan terakhir sejak 6 Juli 2022 - 12 Juli 2022.
Kepala Pos PGA Ile Lewotolok Stanislaus Ara Kian menjelaskan, aktivitas kegempaan Gunung Ile Lewotolok masih didominasi gempa frekuensi rendah yang berkaitan dengan aktivitas pelepasan material atau gas ke permukaan.
"Gempa ini seperti letusan terjadi 43 kali, hembusan 871 kali, dan guguran 6 kali," ujar dalam keterangan, Kamis (14/7/2022).
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Meletus, Warga Diminta Tetap Waspada
Gempa lain, lanjutnya, seperti tremor non harmonik 106 kali, harmonik 2 kali, tomillo 5 kali, hybrid atau fase banyak 1 kali, vulkanik dangkal 4 kali, vulkanik dalam 3 kali, tektonik lokal 5 kali, dan tektonik jauh 4 kali.
Secara visual, Gunung Ile Lewotolok umumnya terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Stanislaus mengatakan, erupsi masih terjadi disertai lontaran material pijar dan guguran lava, meski tidak terus menerus.
Embusan asap kawah teramati berwarna putih, kelabu dan hitam dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-700 meter dan puncak.
Tinggi kolom letusan, sebutnya, berkisar antara 200 meter - 400 meter dari puncak. Kolom abu letusan berwarna putih hingga kelabu.
"Jangkauan lontaran material dominan berada di sekitar area puncak dalam radius kurang dari 500 meter dan pusat erupsi. Guguran lava masih terjadi namun jarak luncurnya tidak teramati," jelas Stanislaus.
Baca juga: Warga Lereng Gunung Ile Lewotolok Cemas akibat Erupsi Terus-menerus, Ini Kata BPBD Lembata
Stanislaus berujar, berdasarkan data pengamatan visual, aktivitas erupsi atau letusan dan guguran teramati menurun. Aktivitas kegempaan juga menunjukkan penurunan.
Namun, kata dia, suplai magma masih terlihat akibat gempa vulkanik dangkal maupun dalam meskipun dalam jumlah yang kecil.
"Aliran lava tidak teramati secara jelas dan guguran lava masih terjadi meskipun mengalami penurunan. Hingga tanggal 4 Juli 2022 ujung aliran lava sudah mencapai jarak 700 meter dari bibir kawah," ujarnya.
Menurutnya, kemiringan lereng dan ketidakstabilan aliran lava masih berpotensi terjadinya guguran lava yang mengarah ke Desa Lamawolo dan Desa Lamatokan.
"Potensi ancaman bahaya yang harus diwaspadai saat ini adalah bertambahnya jarak luncur aliran lava dan guguran lava ke arah timur dan timur laut," ujarnya.
Baca juga: Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus Disertai Gemuruh Kuat, Pos Pantau: Tetap Siaga
Berdasarkan permodelan, jelas Stanislaus, potensi aliran dan guguran lava pijar serta awan panas yang dihasilkan dapat mencapai jarak 4 kilometer (km) ke sektor timur dan timur laut.