KOMPAS.com - Kota Palu adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tengah yang terletak di kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu.
Letak Kota Palu berbentuk memanjang dari timur ke barat topografinya terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk.
Baca juga: Pemkot Palu Akan Hapus Kelurahan Petobo yang Hancur akibat Likuifaksi
Pada 28 September 2018 lalu, Palu diguncang gempa bermagnitudo 7,4 yang menyebabkan terjadinya likuifaksi yang mengakibatkan permukaan tanah bergerak dan ambles.
Wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo dan 202,1 hektar di Jono Oge, Kabupaten Sigi mengalami kehancuran luar biasa karena banyak rumah penduduk yang terendam lumpur secara mendadak hingga memakan banyak korban jiwa.
Baca juga: Begini Citra Satelit Likuifaksi Tanah di Petobo
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa di Palu terjadi dikarenakan aktivitas sesar Palu-Koro.
Baca juga: Berdampak pada Bangunan, Likuifaksi Jadi Ancaman Besar di Palu
Dilansir dari laman Pusdalops BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, asal-usul nama kota Palu berasal dari fenomena alam yang ada di lokasi tersebut.
Nama Kota palu berasal dari kata Topalu'e yang berarti tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan.
Terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) yang terjadi di lokasi ini membuat daerah yang tadinya berupa dasar lautan tersebut kemudian terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Sementara ada juga yang menyebut bahwa asal-usul nama Kota Palu berasal dari bahasa Kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah Sigi.
Tanaman bambu ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bambu diolah menjadi bahan makanan (rebung), menjadi bahan bangunan (dinding, tikar), menjadi perlengkapan sehari hari (alat-alat dapur), alat permainan (Tilako), bahakan sebagai bahan alat musik (Lalove).
Sejarah Kota Palu bermula dari berdirinya kerajaan yang terdiri dari kesatuan empat kampung, yaitu Besusu, Tanggabanggo (sekarang bernama Kelurahan Kamonji), Panggovia (sekarang bernama Kelurahan Lere), dan Boyantongo (sekarang bernama Kelurahan Baru).
Keempat kampung tersebut membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota.
Salah satu tugas Patanggota adalah memilih raja dan para pembantu yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan.
Kerajaan Palu tumbuh menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. I