LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Rosalia Ngene (82), warga Dusun Heso, Desa Golo Wune, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, sudah puluhan tahun hidup di gubuk reyot.
Sejak sang suami meninggal pada 20 tahun silam, ia hidup bersama putranya Herman Jata (50).
Di gubuk tersebut, keduanya hidup serba kekurangan. Tempat tinggal mereka berlantai tanah, dinding bambu, dan beratapakan seng.
Dinding gubuk itu sudah banyak yang berlubang lantaran termakan usia. Atapnya juga sudah banyak yang bocor. Saat hujan, mereka mencari bagian yang aman agar bisa istirahat.
Baca juga: Majikan Adelina Lisao Divonis Bebas, Presiden dan Gubernur NTT Didesak Moratorium PMI ke Malaysia
Nenek Rosalia dan anaknya hidup di gubuk tanpa penerangan listrik. Meskipun jaringan listrik negara sudah masuk di dusun Heso, tetapi mereka tak punya biaya untuk membeli meteran dan intalasi.
Pada malam hari mereka mengandalkan pelita berbahan bakar minyak tanah. Jika minyak tanah habis, mereka terkadang mengandalkan penerangan api dari tungku.
Sementara untuk istirahat, keduanya tidur tanpa penerangan.
Nenek Rosalia tak memiliki kasur. Dia tidur beralaskan tikar yang sudah usang.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 27 Juni 2022
Herman Jata, sang anak, mengaku setiap hari ia tidak bisa berbuat banyak. Dirinya tak bisa bekerja di tempat yang jauh karena sang ibu sudah sakit-sakitan.
Setiap hari, ia harus memasak dan memberi makan untuk sang ibu.
"Paling saya keluar pergi cari kayu, ubi, dan sayur ke kebun. Tidak bisa lama juga. Karena, mama tidak bisa buat apa-apa lagi. Semuanya serba dibantu," tutur Herman saat berbincang dengan Kompas.com, di kediaman mereka, Minggu (26/6/2022).
Baca juga: Gelombang Rossby Ekuator Diprediksi Landa NTT 1 Pekan ke Depan, Ini Wilayah yang Terdampak