Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal-kapal Pengangkut Sembako untuk Pedalaman Perbatasan RI–Malaysia Sepakat Mogok Operasi

Kompas.com - 27/06/2022, 18:38 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sejumlah kapal kapal pengangkut sembako untuk wilayah pedalaman di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mulai mogok beroperasi.

Sekitar 10 kapal yang rutin mengirim sembako dan kebutuhan pokok ke wilayah yang disebut sebagai wilayah 3 ini, menuntut ada kejelasan sikap dari pemerintah daerah, sekaligus komitmen aparat keamanan untuk tidak terus-menerus melakukan penangkapan.

"Di mana kearifan lokal yang selama ini menjadi kesepakatan sejak Nunukan belum terbentuk? Kapal-kapal kami akan mogok operasi sampai ada kejelasan dan jaminan keamanan bagi kami," ujar Ketua Asosiasi Kapal Angkutan Pedalaman, Baharuddin Aras, Senin (27/6/2022).

Baca juga: Trauma Sering Ditangkap Aparat di Perbatasan RI-Malaysia, Puluhan Kapal Pengangkut Sembako Ancam Mogok Beroperasi

Sementara ini, kapal-kapal pedalaman yang mogok, masih untuk kapal dengan trayek Nunukan–Sebuku.

Kapal tersebut memilih tidak berlayar dan menancapkan jangkar, di sejumlah dermaga tradisional masing-masing Dermaga Inhutani, Dermaga Jalan Lingkar, dan Dermaga Sei Bolong.

Biasanya, kapal-kapal tersebut membawa sembako ke pedalaman Sebuku, lalu mendistribusikannya ke sejumlah Kecamatan lain, yaitu, kecamatan Seimanggaris, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Tulin Onsoi, juga kecamatan Lumbis.

Kuota angkut juga beragam, ada yang 35 ton sekali jalan, 40 ton, sampai 100 ton.

Jenis muatan juga beragam, yang mayoritas adalah sembako. Ada juga cabai, tomat, kol, dan sekitar 20 persen produk Malaysia yang dibeli di pasar tradisional Nunukan.

Durasi keberangkatan kapal biasanya terjadwal sebulan 3 kali untuk masing-masing kapal.

Baca juga: Antrean BBM Hampir 3 Minggu Terjadi, Warga Perbatasan RI–Malaysia Inginkan Perdagangan Tradisional Kembali Berjalan

"Sudah pasti masyarakat pedalaman bergejolak. Kebutuhan mereka tergantung dari pasokan kapal kami. Tapi kalau kami terus menjadi sasaran penangkapan aparat, bagus kami berhenti. Silakan lihat, apakah pemerintah bisa mengatasi masalah itu?" kata Bahar.

Sejauh ini, pejabat teras Pemkab Nunukan juga beberapa komandan dari para aparat keamanan di perbatasan, sudah menghubunginya melalui telepon.

Mereka mencoba meminta agar aktivitas bongkar muat sembako ke pedalaman terus berjalan.

"Mereka katakan keamanan terjamin. Saya jawab mohon maaf Bapak atau Ibu, saya percaya ucapan tersebut sepanjang anda menjabat sebagai komandan. Bagaimana setelah pindah? Apakah nasib kami akan begini terus? Selalu ditangkap setiap ada pergantian pimpinan? Jadi kami memilih sepakat mogok sampai ada jaminan keamanan bagi kami," tegasnya.

Barang Malaysia penopang kebutuhan di perbatasan

Menguatkan ucapan Baharuddin Aras, Wakil Ketua Asosiasi Kapal Angkutan Pedalaman, Jamaluddin Dasi menegaskan, masyarakat Nunukan masih memiliki ketergantungan cukup kuat dengan Malaysia. Karena kurangnya pasokan bahan pokok dari Pulau Jawa dan Sulawesi.

Baca juga: Pasukan Perbatasan RI–Malaysia Amankan 1,7 Ton Daging Allana dan Daging Olahan Ilegal Asal Malaysia

"Selama ini, jika barang Malaysia tidak masuk Nunukan, maka terjadi kelangkaan Sembako dan diiringi kenaikan harga. Jika pasokan ini diputus, seharusnya pemerintah punya solusi. Adakah solusi itu? Kan tidak ada? Terus kenapa kami jadi korban penangkapan meski yang kami bawa adalah barang sembako dengan label kearifan lokal," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadapi Pilkada, Elit Politik di Maluku Diminta Tak Gunakan Isu SARA

Hadapi Pilkada, Elit Politik di Maluku Diminta Tak Gunakan Isu SARA

Regional
Diisukan Maju Pilkada Semarang dengan Tokoh Demokrat, Ini Kata Ade Bhakti

Diisukan Maju Pilkada Semarang dengan Tokoh Demokrat, Ini Kata Ade Bhakti

Regional
Korban Kasus Dugaan Pencabulan di Kebumen Bertambah Jadi 6 Orang Anak, 1 Positif Hamil

Korban Kasus Dugaan Pencabulan di Kebumen Bertambah Jadi 6 Orang Anak, 1 Positif Hamil

Regional
Sebelum Tewas, Wanita Tinggal Kerangka di Wonogiri Miliki Hubungan Asmara dengan Residivis Kasus Pembunuhan

Sebelum Tewas, Wanita Tinggal Kerangka di Wonogiri Miliki Hubungan Asmara dengan Residivis Kasus Pembunuhan

Regional
Pilkada Kota Semarang, Sejumlah Pengusaha dan Politisi Antre di PDI-P

Pilkada Kota Semarang, Sejumlah Pengusaha dan Politisi Antre di PDI-P

Regional
Beredar Video Mesum 42 Detik di Lapas, Kemenkumham Jateng Bentuk Tim Khusus

Beredar Video Mesum 42 Detik di Lapas, Kemenkumham Jateng Bentuk Tim Khusus

Regional
Dua Kali Menghamili Pacarnya, Polisi di NTT Dipecat

Dua Kali Menghamili Pacarnya, Polisi di NTT Dipecat

Regional
PDI-P Pemalang Buka Pendaftaran Bacalon Bupati, Anom Wijayantoro Orang Pertama Daftar

PDI-P Pemalang Buka Pendaftaran Bacalon Bupati, Anom Wijayantoro Orang Pertama Daftar

Regional
Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Jual Beli BBM di Kalsel Akhirnya Ditahan

Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Jual Beli BBM di Kalsel Akhirnya Ditahan

Regional
Setelah dari KPU, Gibran Rencanakan Pertemuan dengan Sejumlah Tokoh di Jakarta

Setelah dari KPU, Gibran Rencanakan Pertemuan dengan Sejumlah Tokoh di Jakarta

Regional
Lecehkan Istri Tetangganya, Pria di Kalsel Ditangkap

Lecehkan Istri Tetangganya, Pria di Kalsel Ditangkap

Regional
Empat Nama Ini Diminta Golkar Persiapkan Pilgub Jateng 2024

Empat Nama Ini Diminta Golkar Persiapkan Pilgub Jateng 2024

Regional
Pilkada Manggarai Timur, Petahana Siprianus Habur Daftar ke Demokrat

Pilkada Manggarai Timur, Petahana Siprianus Habur Daftar ke Demokrat

Regional
Seekor Buaya yang Kerap Teror Warga di Maluku Tengah Ditangkap

Seekor Buaya yang Kerap Teror Warga di Maluku Tengah Ditangkap

Regional
Kasus Dugaan Pemalsuan Nilai di FISIP Untan Berlanjut, Kinerja Tim Investigasi Diperpanjang

Kasus Dugaan Pemalsuan Nilai di FISIP Untan Berlanjut, Kinerja Tim Investigasi Diperpanjang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com