KOMPAS.com - Sejumlah pengurus kelompok Khilafatul Muslimin diringkus polisi. Penangkapan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Pemimpin Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja, turut diciduk. Ia diamankan tim khusus Polda Metro Jaya di wilayah Bandar Lampung, Selasa (7/6/2022).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, berdasar hasil penangkapan, polisi menemukan dugaan bahwa kelompok itu berupaya menggantikan ideologi Pancasila dengan khilafah.
Baca juga: Khilafatul Muslimin, Kelompok yang Diduga Sebar Ideologi Khilafah untuk Gantikan Pancasila
Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, menyampaikan pandangannya terkait kelompok Khilafatul Muslimin.
Ia menuturkan, Khilafatul Muslimin bukanlah kelompok baru. Kelompok tersebut berdiri sejak 1997.
Menurut Stanislaus, kelompok ini memiliki cara yang lebih lunak untuk menyebarkan ideologinya.
“Mereka meninggalkan cara kekerasan, dan menggunakan cara nonkekerasan. Mereka juga melakukan kegiatan dengan kedok agama. Inilah yang menjadi daya tarik masyarakat (untuk bergabung),” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/6/2022).
Stanislaus menjelaskan, untuk saat ini, kelompok Khilafatul Muslimin tidak berbahaya.
Namun, seiring waktu berjalan dengan mereka menggalang massa, Stanislaus memandang bahwa kelompok tersebut punya potensi untuk lebih frontal terhadap negara.
“Di awal, mereka mendeklarasikan sebagai kelompok yang biasa-biasa saja. Mereka kemudian menggalang dana, merekrut orang dengan kedok agama, lalu ada doktrinasi. Mereka punya mekanisme survive dengan melakukan pengelabuan. Padahal, mereka akan melawan Pancasila,” ucapnya.
Stanislaus menilai, adanya doktrinasi bisa dilihat dari konvoi yang mereka lakukan di beberapa daerah.
“Fakta lainnya, saat polisi menangkap pemimpin mereka di Lampung, sempat terjadi perlawanan massa. Ini mengindikasikan pendukungnya sudah sangat fanatik,” ungkapnya.
Baca juga: Polisi Tangkap 3 Pengurus Khilafatul Muslimin di Cimahi