BIMA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), merilis hasil uji laboratorium dari PT Genau Loka Gantari Surabaya terhadap sampel air laut Teluk Bima yang tercemar, Kamis (9/6/2022).
Sampel tersebut diambil di perairan Wadu Mbolo; S = 080 28’ 38.39”, E= 118042’35.35” pada 28 April lalu.
Menurut hasil uji laboraturium tersebut kandungan minyak nihil.
Baca juga: Ikan-ikan Mati akibat Limbah Misterius di Teluk Bima, Kades: Jangan Dikonsumsi
"Dari pengujian tersebut diketahui bahwa nilai oil layer=none, Oil dan Grease, OG= 0,833, di mana masih di bawah baku mutu air laut sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VIII," kata Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik (Diskominfotik) Kota Bima, Mahfud dalam keterangan tertulis, Kamis.
Mahfud mengatakan, untuk hasil uji plankton air laut diketahui Family Bacillariaceae atau Genus Nitzschia melimpah.
Menurut dia, hal itu terjadi akibat adanya peningkatan unsur hara perairan.
"Di mana memiliki kemampuan potensi biotik untuk membelah secara cepat (pembelahan sel setiap 4 jam). Hal ini didukung oleh ketersediaan Makronutrien di habitat mereka yang ditandai dengan kemampuan membelah 3 kali lebih cepat dalam 24 jam, dan disertai peningkatan temperatur air laut," jelasnya.
Baca juga: Pencemaran Teluk Bima, Pemerintah Didesak Pulihkan Ekonomi Nelayan Terdampak
Mahfud menuturkan, pencemaran buih ini merupakan fenomena alam akibat pertumbuhan plankton yang terlampau tinggi di Teluk Bima.
Pemicunya yakni kondisi eutrofikasi air laut atau penyuburan Nutrien.
"Sumber Nutrien berasal dari akumulasi Teluk Bima yang berasal dari aktivitas pemupukan tanaman dan buangan bahan organik," ungkapnya.
Mengingat fenomena ini cukup meresahkan masyarakat, Mahfud mengimbau, agar semua pihak tetap dalam koridor kerjasama untuk pemecahan masalah tersebut.
Kemudian mendukung pengendalian eutrofikasi dengan jalan penyerapan Nutrien dari Daerah Aliran sungai.
Baca juga: Bentangkan Spanduk, Pegiat Lingkungan Serukan Pemulihan Teluk Bima yang Tercemar
Tidak kalah penting, lanjut Mahfud, penataan konsep pengelolaan Teluk Bima dengan penanaman mangrove.
"Adanya konsep pengelolaan kawasan Teluk Bima, mengatur pemanfaatan yang sustainable dan restorasi tumbuhan laut (padang lamun dan mangrove) sebagai penyerap bahan pencemar," harap Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.