Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikkhu Pannyavaro: Biarlah Umat Buddha Sabar Mengantre Naik ke Atas Candi Borobudur, seperti Umat Islam Menunggu Giliran Haji

Kompas.com - 07/06/2022, 13:13 WIB
Dita Angga Rusiana

Editor

KOMPAS.com - Tokoh agama Buddha Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera menilai pembatasan kuota orang yang naik ke atas Candi Borobudur memang perlu dilakukan sebagai upaya penyelematan. Namun, menurut dia, hal tersebut tidak harus dibatasi dengan metode pembayaran tiket yang begitu mahal. 

Seperti diketahui, tarif untuk naik ke atas Candi Borobudur ditetapkan sebesar Rp 750.000 per orang. 

Tokoh agama Buddha dari Vihara Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, ini menilai pemerintah cukup menetapkan sistem antrean. Dalam hal ini pendaftarannya pun dapat dilakukan secara online sehingga lebih mudah pengaturannya.

"Jadi jangan hanya yang punya uang saja yang boleh naik, atau dengan jalan lain harus menjadi biksu dulu, atau kembali menjadi murid sekolah. Tentu hal ini sangat tidak mungkin," kata Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, Senin (6/6/2022) sore. 

Baca juga: Ombudsman Jateng Minta Pemerintah Kaji Ulang Tiket Candi Borobudur Menjadi Rp 750.000

Menurut dia, tidak masalah bagi umat Buddha harus mengantre demi bisa beribadah Candi Borobudur. Hal ini sebagaimana yang dilakukan umat Islam yang harus mengantre hingga bertahun-tahun untuk menunaikan ibadah haji. 

"Biarlah umat Buddha sabar menanti antrean bisa naik ke atas candi kita sendiri, seperti halnya saudara-saudara muslim yang juga sabar menanti antrean naik haji sampai beberapa tahun," ungkapnya.

Dia berharap keinginan umat Buddha ini dapat diperhatikan oleh para pihak yang berwenang membuat keputusan-keputusan perihal regulasi Candi Borobudur. Hal ini mengingat tarif yang ditetapkan sebesar Rp 750.000 per orang sangatlah mahal. 

Menurut dia, banyak umat Buddha yang tak akan mampu membayar uang masuk tersebut karena keterbatasan ekonomi, padahal Candi Borobudur adalah salah satu tempat ibadah umat Buddha

"Rakyat kecil, (umat Buddha pedesaan yang berada cukup banyak di Jawa Tengah) sampai meninggal dunia pun tentu tidak akan mampu naik ke atas candi untuk melakukan puja atau pradaksina karena harus membayar biaya yang sangat mahal bagi mereka," tutur Pannyavaro. (Penulis: Kontributor Magelang, Ika Fitriana | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com