Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kangen: Kisah Antara Aku, Kau dan Yogya

Kompas.com - 25/05/2022, 06:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MEMBICARAKAN Yogyakarta seperti tidak ada habisnya. Kota yang berada di pusaran Tanah Jawa itu begitu menyihir siapa saja, apalagi yang memiliki keterkaitan sejarah.

Bagi mereka yang pernah mukim untuk bekerja, yang pernah menuntut ilmu atau bagi yang sekadar meluangkan waktu dari jeda kepenatan kehidupan, Yogyakarta begitu istimewa.

Tidak salah jika “magis” Yogyakarta begitu memikat siapa saja untuk datang, datang lagi, dan kembali datang lagi.

Ciri khas Yogyakarta sebagai kota budaya, alam di sekitarnya yang asyik untuk kita lihat, warganya yang ramah, kulinernya yang lezat serta begitu banyak kisah yang kita temukan, menjadi daya pikat Yogyakarta yang tidak ada habisnya.

Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku
Penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogya

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu.

Walau kini kat tlah tiada tak kembali
Namun Kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkan aku untuk slalu pulang lagi

Lagu Yogyakarta milik Kla Project itu sudah menjadi ikon kota Yogyakarta. Lagu yang ditulis Katon Bagaskara itu sudah berusia 32 tahun sejak diciptakan pada tahun 1990 silam.

Setiap yang memiliki kenangan dengan Yoyakarta, pasti dengan mendengarkan alunan lagu ini seperti memutar kilas balik episode perjalanan hidup.

Melihat wajah Yogyakarta di masa sebelum pandemi, pandemi dan jelang endemi begitu kontras adanya.

Saya menggunakan pengamatan sederhana mengenai dinamika masyarakat di satu spot yang sama untuk tiga babak waktu yang berbeda.

Resto Milas di kawasan Prawirotaman, Yogyakarta.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Resto Milas di kawasan Prawirotaman, Yogyakarta.
Prawirotaman adalah salah satu kawasan wisata di Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.

Letaknya sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta atau 2 kilometer dari Kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dengan Malioboro pun juga tidak terlalu jauh, sehingga dari Prawirotaman begitu mudah menjelajahi kekhasan kota.

Warga Yogyakarta kondang menyebut Prawirotaman sebagai kampung “bule” mengingat banyak turis asing memilih Prawirotaman sebagai pilihan tempat menginap.

Bahkan situs plesir Time Out di 2019 menobatkan Prawirotaman di urutan ke-32 dari 50 kawasan yang menyenangkan di dunia. Suasana mirip Seminyak, Bali juga dirasakan di Prawirotaman.

Kalangan turis asing menyukai menginap di Prawirotaman karena aman, menyenangkan dengan tempat hang out yang bervariasi serta tetap tidak meninggalkan suasana tradisional khas Yogyakarta.

Bangunan-bangunan tua masih tetap terawat dengan baik, apalagi jika menyeberang ke Jalan Tirtodipuran yang tetap mempertahankan bangunan-bangunan kolonial.

Untuk segmentasi usia, lingkungan Prawirotaman juga sesuai dengan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) segala usia.

Dari tarif penginapan, tersedia penginapan dengan rate termurah Rp 90.000 hingga Rp 900.000 per malam. Warga Prawirotaman pun sudah banyak yang fasih berbahasa Inggris.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com