BANDUNG, KOMPAS.com - Tak ada kata menyerah dalam kamusnya. Bak seorang prajurit, kalah bukanlah pilihan. Begitulah Ai Titing (44) membesarkan keempat buah hatinya.
Seperti tak terpisahkan, baginya setiap hari adalah medan juang. Tak mungkin ia lewati tanpa keringat dan air mata.
Bagaimana tidak, warga Kampung Bojong Rangkas RT 03 RW 12 Desa Rancakasumba, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini mesti mati-matian menguatkan anak-anaknya yang hidup dengan Thalasemia.
Baca juga: Nimo Highland Bandung: Harga Tiket, Jam Buka, dan Daya Tarik
Perkenalannya dengan Thalasemia, meninggalkan trauma. Pasalnya, ia harus merelakan putri keduanya Salsa yang tutup usia akibat penyakit tersebut.
Ditemui Kompas.com, wanita yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga ini, bercerita awal mula mengenal penyakit Thalasemia.
Setelah kelahiran Yusifa putri pertamanya, pasangan Ai Titing dan Asep Rudiansah (47) kembali dikaruniai seorang putri yang diberi nama Salsa.
Bak mengikuti program keluarga berencana, Salsa membuat keluarga kecil mereka terasa lengkap.
Kelahiran putri keduanya, bukan hanya membawa kebahagiaan, namun juga membawa cerita tak terlupakan.
Saat itu usia Salsa menginjak 4 bulan. Usia yang tergolong rentan dari pelbagai penyakit. Benar saja, secara tiba-tiba Salsa mengalami pembengkakan di bagian limpa.
Melihat kondisi itu, ia beserta sang suami bergegas membawa Salsa ke dokter spesialis.
"Waktu itu saya masih ingat kondisinya masih sehat, cuma memang wajah Salsa agak pucat," kata dia ditemui, Minggu (22/5/2022).
Bukannya membaik, Salsa malah menunjukan kondisi yang mengkhawatirkan.
Ia masih ingat jelas, kala itu Salsa berhenti menangis, dan badannya terlihat lemas.
"Kemungkinan anaknya udah gak kuat, pas saya bawa ke dokter, waktu itu saya awam dengan thalasemia," ujarnya.
Baca juga: Pemuda di Bandung Tewas Ditusuk Teman Sendiri, Polisi Buru Pelaku
Hasil pemeriksaan, kata Ai, Hemoglobin (HB) Salsa hanya 2,5 cc. Dokter meminta Ai untuk membawa Salsa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalaya (Ebah) untuk ditangani lebih khusus.
Tanpa pikir panjang, ia dan suaminya membawa Salsa ke RSUD Majalaya. Khawatir Salsa harus menginap di RS, keduanya kembali ke rumah untuk membawa perlengkapan terlebih dahulu.
Sayang, definisi pulang saat itu, kata dia, bukan membawa perlengkapan, namun mengantarkan Salsa ke tempat peristirahatan.
Tepat di hari Jumat, putri keduanya Ai dan Rudi meninggal dunia akibat Thalasemia.
"Saya pulang dulu ke rumah persiapan, pas mau berangkat ke RS saya inget waktu itu hari Jumat, ternyata si anak udah gak kuat, lemes, tapi gak panas gak ada keluhan apa-apa," ungkapnya.
Anak Ketiga dengan Thalasemia