DAMPEK, KOMPAS.com - Petrus Piatu Nalele (32) guru Tambahan Ruang Kelas (TRK) Larok Mbijar, Desa Satar Kampas, Kecamatan Lambaleda Utara (LAUT), Kabupaten Manggarai Timur, NTT, berterima kasih atas donasi dari pembaca Kompas.com.
Donasi dari tersebut diserahkan kepada pria yang disapa Guru Petuk itu pada Jumat, (29/4/2022) pukul 15.00 Wit.
Donasi kemanusiaan berupa buku 5 dus dan dana yang sudah ditransfer di rekening Guru Petuk. Donasi yang terkumpul Rp 1.183.000.
Sementara bantuan buku bacaan berasal dari CSR Kompas Gramedia melalui program #AkuBaca.
Penyerahan donasi dilakukan di samping rumahnya di Dampek, Desa Satar Padut.
Guru Petuk berlinang air mata saat menerima donasi tersebut.
Baca juga: Kisah Guru Petuk di Pedalaman NTT, Cari Kayu Selepas Mengajar untuk Penuhi Kebutuhan Keluarga
”Terimakasih banyak atas bantuannya, besar rasa syukur kami menerima kebaikan dari pembaca Kompas.com, adanya bantuan ini menjadi amanah untuk saya mengajar dengan lebih baik lagi," kata dia.
Donasi buku sebanyak 5 dos kurang lebih 200 judul buku ini memberikan energi tambahan untuk terus mengabdi bagi generasi Indonesia cerdas di pedalaman Manggarai Timur.
Guru Petuk siap mendirikan taman baca bagi anak-anak Dampek di luar jam mengajarnya.
Bahkan, ia akan dari rumah ke rumah sambil membawa buku untuk melatih, membimbing, mengajak anak-anak usia sekolah membaca dan menulis.
"Saya siap mendirikan Taman Baca di sekitar rumah sebab donasi buku dari Kompas.com sudah diterima. Selain itu, saya siap mendatangi rumah-rumah siswa dan siswi untuk membimbing, melatih dan mengajak mereka membaca dan menulis," ungkap dia, didampingi anggota keluarganya di samping rumah orangtuanya.
Guru Petuk tetap setia mengajar meski pendapatan guru di pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak cukup untuk biaya hidup keluarga.
Baca juga: Mari Bantu Guru Petuk, Guru di Pedalaman NTT yang Jual Kayu Api untuk Kebutuhan Keluarga
Apalagi, banyak kendala yang harus ia dihadapi. Pengabdiannya menjadi guru tak sebanding dengan upahnya sebagai honorer yang bahkan seringkali telat dibayar.
Guru Petuk, setiap harinya harus pergi mengajar berjalan kaki dengan jarak 3 kilometer.
Tak berhenti di situ, untuk bisa tetap menghidupi keluarganya, ia juga harus mencari kayu api sejauh tujuh kilometer atau memanjat puluhan pohon kelapa, pohon asam untuk tambahan pendapatan untuk hidup keluarga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.