Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sekolah Darurat untuk Penyintas Semeru: Senang Bisa Lihat Kera, Tapi Ga Ada Kamar Mandi

Kompas.com - 10/04/2022, 21:44 WIB
Miftahul Huda,
Reni Susanti

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, mengajarkan tiga semboyan pendidikan. Salah satunya Tut Wuri Handayani. 

Yang artinya seorang pendidik harus bisa memberikan dukungan, bimbingan, atau arahan kepada seluruh siswanya.

Dukungan yang dimaksud tidak hanya bersifat moril tapi juga materil. Hal itulah yang dilakukan guru SDN 03 Supiturang, yang dulunya berada di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Baca juga: Cerita Penyintas Semeru Jalani Ramadhan Perdana di Tempat Pengungsian

Usai diterjang bencana erupsi 4 Desember 2022, seluruh bangunan sekolah hancur lebur.

Jarak sekolah yang hanya berkisar 13 kilometer dari puncak Semeru ditambah dengan keberadaan Curah Kobokan yang tepat berada di jalur aliran lahar Semeru, membuat sekolah ini sangat terdampak.

Nasib tragis pun dialami para siswa SDN 03 Supiturang. Selama sebulan lebih mereka tidak bisa belajar di sekolah, tidak bisa bertemu teman-temannya, dan tidak dapat bertemu guru yang dikasihinya.

Sekolah Darurat

Para siswa tersebut sempat dibuatkan sekolah darurat berupa tenda sederhana di Dusun Watu Kandang, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Namun kemudian dipindahkan ke kawasan hutan bambu.

"Kalau yang disana (Watu Kandang) itu kan lahannya warga, sering dibuat jemur padi juga, apalagi panas, dan cukup bahaya karena mepet jalan raya," kata Maryoto, Kepala SDN 03 Supiturang.

Lokasi baru di kawasan hutan bambu ini lebih fresh dan layak untuk belajar. Terdapat 6 buah rumah panggung berbentuk prisma yang disediakan untuk 72 siswa kelas 1-6.

Semuanya terbuat dari bambu dan bahan alam yang berada di sekitar lokasi. Meski sederhana, bangunan semi permanen ini nampak elegan dan nyaman.

Ditopang dengan suasana alam yang sejuk karena letak sekolah tepat di sebelah barat taman wisata hutan bambu Lumajang.

Baca juga: Ngabuburit ala Penyintas Cilik Semeru, Mengaji di Tenda Pengungsian

Selain suara hembusan angin yang melewati celah bambu, siswa juga terhibur dengan kehadiran beberapa kera kecil yang hidup di hutan bambu.

Kera-kera tersebut tidak menyerang para siswa yang sedang belajar. Terkadang kera-kera kecil itu duduk di depan pintu maupun jendela sambil mengamati sang guru mengajar seakan ikut belajar bersama.

"Senang di sini, tempatnya enak, kelasnya gak campur lagi, terus kalau istirahat bisa lihat kera, tapi gak ada kamar mandi," beber Mulyadi, siswa kelas 4 SDN 03 Supiturang.

Karena itu, pihak sekolah bersama relawan mengusahakan kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk memfasilitasi kamar mandi agar para siswa tidak perlu menumpang ke rumah warga sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

[POPULER NUSANTARA] Penemuan Kerangka Manusia di Gunung Slamet | Penipuan Katering Buka Puasa di Masjid Sheikh Zayed

Regional
4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com