TARAKAN, KOMPAS.com – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Tarakan Kalimantan Utara menemukan 48 santri menjadi korban pelecehan seksual oleh RD (22), warga Tarakan.
‘’Sejak dilaporkan ke Polsek Tarakan Utara awal Maret 2022, kita lakukan assesmen pada ratusan anak di sebuah pesantren yang menjadi TKP. Kita mendapat pengakuan dari 48 anak yang menjadi korban,’’ujarnya saat dihubungi Sabtu (2/4/2022).
Sebagaimana dijelaskan Maryam, para korban yang mengaku berusia mulai 8 tahun sampai 13 tahun.
Baca juga: Guru Agama di Tarakan Cabuli 5 Muridnya, Ada Korban yang Dicabuli Berulang Kali
Mereka hanya diam dan pasrah, karena usia bocah tentu sangat rentan dan mereka dipenuhi ketakutan.
‘’Perlu dipertegas di sini, mereka bukan korban sodomi, melainkan pencabulan berupa onani. Karena dilakukan orang dewasa yang dianggap santri senior, mereka memilih diam dan menerima begitu saja karena rasa takut dan tidak memiliki cara untuk menceritakan masalahnya,’’katanya lagi.
Dari banyak pengakuan bocah yang menjadi korban, pelaku meminta agar mereka menurut saja, karena apa yang dilakukan hanya sekedar membantu supaya nantinya tidak merasakan sakit ketika disunat.
‘’Bahasa agar tidak sakit saat disunat dikatakan kepada semua korban. Itu juga menjadi alasan mengapa para korban hanya diam,’’lanjut Maryam.
Baca juga: Karyawan di Tarakan Cabuli 12 ABG Laki-laki, Modus Pasang Foto Remaja Cantik di Medsos
Banyaknya korban pelecehan dari RD, karena dilakukan sekian lama, tanpa adanya laporan dan pengakuan.
Aksi tersebut baru terbongkar ketika ada korban yang sudah sering menerima perlakuan cabul pelaku mengadukan masalah tersebut ke orang tua dan meneruskan laporan ke Polsek Tarakan Utara.
5 anak trauma berat
Dalam menangani kasus ini, Dinas PPPA Tarakan sudah membentuk tim, dan membaginya dalam beberapa kelompok, dengan memetakan kondisi korban.
Dari 48 korban, ada 5 bocah yang mengalami trauma berat. Mereka mendapatkan pendampingan khusus Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).
‘’Kita lakukan pendampingan privat secara face to face untuk kelima korban yang mengalami tekanan berat. Mereka sering menerima tindak pelecehan tersebut dan butuh pendampingan khusus ketimbang korban lain,’’katanya.
Baca juga: Anak 15 Tahun di Tarakan Berulang Kali Diperkosa Ayah dan Kakak Kandung
Para korban dengan trauma berat tersebut, ada yang mengalami ketakutan dan ada juga yang ketagihan.