NUNUKAN, KOMPAS.com – Pemerintah Daerah Nunukan, Kalimantan Utara, tidak mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan pembinaan para Paskibra.
Hal ini menjadi keluhan sekolah sekolah SMA, khususnya di wilayah pedalaman yang ada di perbatasan RI-Malaysia. Salah satunya SMAN I Krayan Selatan.
Kepala Sekolah SMAN I Krayan Selatan Jhoni Sudai mengatakan, sejauh ini, pemerintah daerah membebankan pembiayaan pada sekolah masing-masing, yang menimbulkan kesulitan khususnya sekolah di pelosok dengan jumlah pelajar yang minim.
"Tadinya kami tidak izinkan anak-anak kami ikut pelatihan paskibra di Nunukan. Tapi, ini katanya tiap sekolah wajib mengirim Paskibra. Dari Long Layu Krayan Timur ke Bandara Long Bawan Krayan Induk saja sudah Rp 2 juta ongkosnya. Mahal karena musim hujan. Tiket pesawat katakanlah Rp 1 juta untuk dua orang," kata Jhoni, Selasa (29/3/2022).
Baca juga: Gadis 16 Tahun di Nunukan Diperkosa Pria yang Membeli Bensin Eceran di Tempatnya
SMAN I Krayan Selatan, menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp 15 juta, dengan jumlah 50 siswa siswi.
Untuk memberangkatkan dua pelajarnya ke Nunukan Kota, pihak sekolah merogoh BOS sebesar Rp 5 juta.
"Sebenarnya tidak cukup, tapi mau bagaimana lagi? Segitu saja adanya uang kami," kata dia.
Jhon berharap, pelatihan Paskibra memiliki anggaran khusus dari APBD Nunukan karena jika mengandalkan BOS, dana tersebut bakal habis tanpa mampu membiayai kebutuhan sekolah lainnya.
"Bagaimana ada anggaranlah untuk Paskibra. Kasihan juga pelajar kami, beruntung di Nunukan Kota panitia yang tanggung penginapan dan konsumsi. Kami kemarin pas berangkat hanya pesan sama mereka supaya jangan boros-boros,’’ kata dia.
Nihilnya anggaran Paskibra di Nunukan tidak dibantah Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar), Junaedi.
"Kalau tidak salah, sudah sejak sekitar 2017 atau 2018 itu anggaran untuk Paskibra Nunukan terhenti. Sangat disayangkan memang, karena ini (Paskibra) menjadi salah satu jalan generasi perbatasan untuk