BLORA, KOMPAS.com- Peringatan satu abad perjuangan Samin Surosentiko yang digelar di Pendopo Pengayoman pada Selasa (15/3/2022) tampaknya memberikan kesan mendalam bagi masyarakat Sedulur Sikep.
Bahkan acara tersebut turut dihadiri Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta yang jauh-jauh meninggalkan wilayahnya di Sumatera Barat.
Memang, dua daerah ini terkait karena pembuangan tokoh pejuang Samin Surosentiko dari Blora ke Sawahlunto.
Baca juga: Sedulur Sikep Peringati Satu Abad Perjuangan Samin Surosentiko Lawan Kolonialisme
Deri Asta, selaku kepala daerah wilayah Sawahlunto menceritakan jejak keberadaan Samin Surosentiko di daerah yang dijuluki sebagai Kota Arang tersebut.
"Karena di Sawahlunto ini masih ada keturunan-keturunan keluarga Mbah Samin yang terkumpul dalam keluarga Dulur Tunggal Sekapal, ini konon katanya yang satu kapal bersama-sama sampai ke Sawahlunto," ucap Deri.
Berdasarkan informasi yang didapatkannya, Samin Surosentiko berada di Sawahlunto karena pemerintah kolonial Belanda sedang melakukan penambangan batu bara yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Pemerintah kolonial mengeluarkan semacam surat untuk memanfaatkan tahanan di wilayah jajahan agar melakukan aktivitas penambangan batu bara.
"Salah satunya tokoh masyarakat di sini Mbah Samin Surosentiko yang termasuk yang ditangkap dan dijadikan tahanan perang," kata dia.
Baca juga: Beri Contoh Hidup Jujur dan Sederhana, Bupati Blora Lantik Pejabat di Desa Adat Samin
Tahanan yang berada di pertambangan batu bara di Sawahlunto merupakan tahanan yang terakhir dan termasuk tahanan yang berat.
"Kalau orang ke Sawahlunto berarti pelanggarannya menurut Belanda adalah pelanggan berat" sebut Deri.