BENGKULU, KOMPAS.com - Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, dikenal memiliki kopi dengan kualitas kopi terbaik. Jejeran penghargaan internasional dan nasional pernah disabet kopi dari provinsi yang terkenal dengan "Bumi Rafflesia" ini.
Ada sejumlah jenis kopi ditanam di Kabupaten Kepahiang seperti robusta, arabika, dan liberika. Namun mayoritas jenis kopi yang ditanam petani adalah robusta.
"Ada 24 ribu hektare kebun kopi di Kepahiang. Rata-rata menghasilkan kopi per tahun sekitar 12 ribu ton yang dikirim baik ekspor maupun kebutuhan kopi nasional," kata Sekretaris Rumah Kopi Kriya Nusantara, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Fidianto, Minggu (14/3/2022).
Baca juga: Berkunjung ke Solo, Sandiaga Uno Sebut Industri Kopi Jadi Tatanan Ekonomi Baru di Indonesia
Fidianto menambahkan, kopi Bengkulu dari Kabupaten Kepahiang memiliki rasa dan aroma yang khas.
"Citarasa khas kopi kami ada aroma pisang, ada juga teh, dan sahang (lada), sedikit pedas," ujarnya.
Dikatakan Fidianto tercampurnya aroma buah pisang, teh, dan sahang karena petani kopi setempat banyak menanam pohon pisang di sekitar kebun kopi.
"Tanaman kopi ini ajaib. Dia akan meresap rasa tanaman sekitarnya. Di Kepahiang kebetulan petani kopinya banyak menanam pisang, ada juga perkebunan teh, dan sahang. Maka aroma itu bercampur dengan kopi," ungkap Fidianto.
Bagi pecinta kopi yang ingin menyesap kopi dengan aroma pisang, teh, dan sahang, disarankan untuk mengkonsumsi kopi tanpa gula.
"Bila ingin merasa kopi aroma buah pisang, teh dan sahang maka jangan campur kopinya dengan gula. Maka akan terasa," tambahnya.
Paduan rasa buah, teh dan sahang di kopi Bengkulu ini dibenarkan Heri Supandi, pegiat dan pecinta kopi Bengkulu. Menurutnya rasa buah adalah khas kopi Bengkulu.
"Kopi Bengkulu memang memiliki aroma buah seperti pisang karena banyak petani kopi Bengkulu melakukan tumpang sari kopi dengan tanaman lain seperti pisang, durian dan lainnya," tutup Heri.
Baca juga: Serikat Dagang Kopi, Kafe Unik di Gedung John Djikstra Kota Lama Semarang
Meski telah memiliki nama penghasil kopi terbaik disertai sederet penghargaan kopi namun para petani mengaku tetap menemui kesulitan dalam penjualan kopi mereka.
Hal ini disebabkan tidak adanya kepastian harga terutama harga untuk kopi kualitas terbaik/petik merah.
"Petani butuh kepastian harga yang bisa dikontrol pemerintah. Berapapun kebutuhan ekspor pasti petani siap terutama kopi untuk petik merah. Besar harapan kami pemerintah dapat mencarikan pasar, dan mengatur harga normal untuk petani," jelas Fidianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.