LAMPUNG, KOMPAS.com - Pencemaran di Pesisir Lampung yang terjadi sejak tahun 2020 hingga 2022 masih menjadi misteri.
Kasus terkini yang menjadi perhatian publik adalah yang terjadi di Pantai Panjang Selatan, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung selama sepekan terakhir.
Material limbah yang mencemari perairan di Lampung itu diduga serupa setiap tahun sejak tahun 2020 yakni limbah berwarna hitam menyerupai oli atau minyak.
Baca juga: Limbah Hitam di Pesisir Bandar Lampung Dibersihkan Pakai Alat Sederhana, Ini Kata Pakar Lingkungan
Kepala Pusat Riset dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Sanitasi Itera Lampung Dion Awfa mengungkapkan, penanggulangan pencemaran ini lebih penting adalah mencari sumber utama asal limbah tersebut.
"Mencari sumber utama ini adalah lebih penting, karena jika sumbernya tidak diketahui, ada potensi akan terulang lagi," kata Dion saat dihubungi, Jumat (11/3/2022).
Menurut Dion, karakteristik peristiwa pencemaran yang terjadi di sepanjang pesisir Lampung sejak tahun 2020 baru diketahui setelah terjadi limbah.
Sehingga, ada kesulitan tersendiri untuk mengusutnya.
Namun hal ini masih memungkinkan untuk penelusuran jika dilakukan secara ilmiah.
"Bisa dilakukan dengan permodelan lingkungan dengan pendekatan permukaan dan pendekatan satelit," kata Dion.
Dengan pendekatan permukaan, Dion mengatakan, bisa diketahui melalui data pasang surut di sekitar lokasi pencemaran.
"Kita lihat historis data pasang surutnya seperti apa, dari lokasi yang tercemar ditarik mundur, ke arah mana pergerakan arus. Nanti dari data ini bisa diketahui potensi sumber pencemarannya," kata Dion.
Sedangkan dengan pendekatan kedua, yaitu melalui citra satelit, sangat memungkinkan mencari sumber pencemaran dengan skup yang lebih luas seperti perairan Lampung tersebut.
"Antara minyak dengan air cenderung berbeda saat dilihat dari infra merah, minyak punya panas yang lebih tinggi, dan ini sangat bisa diketahui dari satelit," kata Dion.
Selain itu, satelit yang memiliki orbit mengitari bumi sangat memungkinkan untuk melihat pergerakan limbah.
"Misalnya, hari ini ada di bibir pantai, lalu diurut sehari sebelumnya 100 meter dari pantai, kemudian diurut lagi ke sehari sebelumnya tidak ada limbah, nanti bisa dicari dari lokasi terakhir itu," kata Dion.