SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki potensi yang tinggi dalam bidang pertanian. Kini, telah banyak berkembang budi daya tanaman di Kota Lumpia ini. Salah satunya, budi daya anggur di daerah Gunungpati, Semarang.
Budi daya anggur ini belum lama berdiri. Sebelum diubah menjadi lahan penuh buah anggur, dulunya adalah kafe kekinian favorit anak muda. Namun karena pandemi, pemilik kafe, Nasoka, menutup kafe miliknya dan mengubahnya menjadi lahan budi daya.
Mbah Soka memilih fokus membudidayakan anggur lantaran kecintaannya pada lingkungan, serta ingin memanfaatkan potensi alam di lingkungan tempat tinggalnya.
Baca juga: Banyak Anak Tak Sekolah di Nunukan, Pernikahan Dini dan Budi Daya Rumput Laut Disebut Jadi Sebabnya
Atas dasar itu, hingga saat ini Mbah Soka, sapaan akrabnya, sudah memiliki kurang lebih 100 murid yang belajar bersamanya. Di lahan seluas 1.000 meter persegi tersebut, setiap hari Sabtu, dirinya mengadakan pelatihan gratis untuk siapapun yang ingin mempelajari budi daya buah anggur.
“Bahkan yang hadir tidak hanya dari masyarakat Semarang saja, tapi juga luar kota. Dari Pati, Pemalang, Kendal, Temanggung, hingga Wonogiri,” jelasnya kepada Kompas.com, Senin (7/3/2022).
Tidak hanya itu, Mbah Soka juga berhasil membentuk Komunitas Pecinta Anggur Semarang (Kompas). Komunitas tersebut dibentuk dengan alasan untuk tempat berbagi, bekerja sama, dan menjadi mitra budidaya anggur milik Mbah Soka.
Mbah Soka bercerita mengapa dirinya mempersilakan banyak orang untuk datang belajar ke kebunnya. Menurut dia, dengan berbagi ilmu kepada banyak orang, maka kebaikan-kebaikan yang lain akan datang.
“Ibaratnya, orang yang mencari ilmu itu seperti timba air yang datang ke sumurnya. Dengan cara itu, timba dapat menyebarkan kebaikan juga ke yang lainnya,” tutur Mbah Soka.
Bersamaan hujan deras, Mbah Soka menunjukkan hasil kebun yang dimilikinya. Sampai saat ini, jenis anggur yang dibudidaya mayoritas datang dari luar negeri. Bahkan, hampir 100 varian anggur diimpor dari Ukraina, USA, Mesir, Turki, hingga Jepang.
Menurut Mbah Soka, jenis anggur impor memiliki kualitas lebih unggul dibanding dengan anggur lokal. Di samping ketebalan kulit dan warna yang berbeda, rasa yang dimiliki juga lebih enak.
Baca juga: Cerita Eks Kombatan GAM yang Sukses Budidaya Tiram Super Jumbo di Banda Aceh
“Ada jenis anggur Everest, rasa buahnya benar-benar manis, dagingnya tidak lumer, warnanya menarik, ketahanannya terhadap penyakit juga bagus,” ucapnya.
Bagi pemula petani anggur, imbuh Mbah Soka, anggur jenis Everest bisa menjadi rekomendasi untuk ditanam. Selain itu, ada pula jenis anggur Transfiguration yang disarankan. Katanya, anggur jenis ini memiliki sebuah keistimewaan.
“Hebatnya transfiguration, jika ditanam di dataran rendah akan semakin manis. Warna buahnya juga bisa lebih merah dan cantik. Beda lagi jika ditanam di dataran yang lebih tinggi,” tutur Mbah Soka.
Dibalik kesuksesan budi daya anggur milik Mbah Soka, terdapat rahasia yang dia gunakan. Yaitu dengan pupuk yang diolahnya sendiri, salah satunya Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk ini diolah secara sederhana, dengan memanfaatkan limbah rumah tangga.
“Bahan pokoknya terdiri dari air kelapa, mikroba bakteri, dan sisa-sisa sayur yang tidak dimasak. Kemudian diblender, dicampur dengan mikroba, setelah 2 minggu baru disaring,” terang Mbah Soka.
Baca juga: Lewat Kontes Ikan Gupi, BRSDM Tingkatkan Peluang Budi Daya Ikan Hias
Sementara itu, ampas penyaringan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos yang sangat membantu menyuburkan tanaman.