SALATIGA, KOMPAS.com - Berawal dari melihat anak-anak sekolah naik tronton dari tempatnya bekerja di daerah Tangerang, Kusuma Dyah Sekararum menggagas Aha Project untuk memfasilitasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Saat ini, Aha Project yang dioperasionalkan dari Kota Salatiga menaungi 64 local champion atau relawan yang berada di 20 provinsi, dan melakukan pendampingan kepada kurang lebih 5.000 pelajar tingkat SD dan SMP.
Mereka juga telah menyusun sekira 30 modul belajar. Karena perannya tersebut, Ara, panggilan Kusuma Dyah Sekararum terpilih menjadi wakil Indonesia dalam National Geographic Young Explorer.
Baca juga: Terapkan PPKM Level 2, Kota Blitar Hentikan PTM, 100 Persen Pembelajaran Dilakukan Daring
"Jadi saat itu jalan macet dan ada truk tronton jalan pelan. Kemudian saya lihat anak-anak berseragam sekolah melompat naik truk tersebut. Padahal itu masih jam sekolah dan masa pandemi Covid-19, berarti ini ada kelonggaran dalam pendampingan, mereka seharusnya sekolah," kata Ara, Minggu (20/2/2022).
Masa pandemi yang mengharuskan siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ), menurut Ara, sangat bergantung pada internet.
"Padahal tidak semua daerah mendapat fasilitas internet yang baik. Di kota saja sering bermasalah apalagi di desa, yang infrastrukturnya kurang menunjang," ungkapnya.
Untuk mendukung gerakan Aha Project, dia mulai membuka rekruitmen untuk relawan. "Kalau yang daftar dan memenuhi kriteria, diberi pelatihan. Intinya mereka membantu kehidupan masyarakat di desa yang masih minim infrastruktur internet," kata Ara.
Selain itu juga merangkul karang taruna dan mahasiswa yang berada di di daerah. "Kita belajar bersama, ini semua adalah local hero. Ada relawan dari Jambi yang kalau mau ke daerah pendampingan itu harus naik boat selama sembilan jam," ungkapnya.
Orangtua Ara, Septi Peni Wulandani dan Dodik Maryanto menyampaikan pendampingan pendidikan ini dilakukan melalui worksheet yang kemudian dimasukan ke website.
Baca juga: Survei Indikator: Mayoritas Setuju Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
"Itu siapa saja bisa mendownload secara gratis, sehingga bisa dijadikan bahan pendampingan untuk belajar. Ini memermudah siswa kala orangtua tidak bisa mendampingi saat belajar," kata Septi.
Septi menyampaikan materi pembelajaran disuplai dari volunter kemudian dikurasi oleh tim Aha Project. "Materinya ada Matematika, Sejarah, Bahasa dan pelajaran lain," paparnya.
Menurut Septi, Ara berperan sebagai integrator yang menghubungkan antar individu agar kegiatan ini berjalan.
Baca juga: Survei Indikator: Mayoritas Setuju Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah
Soal kendala, menurutnya saat menyampaikan gagasan baru, tidak semua orang bisa menerima. "Bahkan ada juga yang meremehkan, ini memang gerakan sederhana tapi berdampak besar," ungkapnya.
Sementara Ketua Ikatan Alumni SMAN Satu Salatiga (Ikasmansa) Pujo Suseno menyampaikan akan selalu mendukung anak muda kreatif dalam berkarya.
"Orangtua Ara ini adalah anggota Ikasmansa jadi kiprahnya kita dukung karena anak muda yang berprestasi dan kreatif harus diberi ruang," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.