NUNUKAN, KOMPAS.com – Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara yang merupakan daerah perlintasan menuju Tawau, Sabah, Malaysia, kian kesulitan mengatasi kedatangan para calon buruh migran Indonesia.
Kedatangan warga dari Pulau Sulawesi atau dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), seakan kian massif setelah ada wacana pembukaan jalur Nunukan – Tawau oleh Majlis Pemulihan Negara (MPN) Malaysia, yang mengumumkan pembukaan lockdown pada 1 Maret 2022.
Sub-Koordinator Perlindungan dan Penempatan UPT BP2MI Nunukan, Arbain, mengatakan, butuh upaya komprehensif untuk menghentikan keberangkatan illegal para CTKI melalui Nunukan.
"Antisipasi keberangkatan CTKI (calon tenaga kerja Indonesia) melalui jalur illegal memang butuh sinergitas dan kinerja solid yang didukung upaya komprehensif. Banyaknya jalur tikus membuat kita sangat kesulitan mengantisipasi masalah ini," ujarnya, Kamis (17/2/2022).
Ia mencontohkan, dalam sepekan, ada empat kali kedatangan kapal dari Sulawesi, NTT, dan NTB di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan.
Jika dihitung secara kasar, apabila satu kapal membawa 500 penumpang, artinya ada 2.000 orang datang ke Nunukan dalam sepekannya.
Kendati banyak orang yang datang, mereka tidak pernah terlihat di jalan jalan Nunukan atau di wilayah lain.
Diduga kuat mereka memanfaatkan para calo, untuk menyeberangkan mereka secara illegal menuju Tawau Malaysia.
"Kita tidak mendapat tembusan dari aparat sebelah ketika terjadi penangkapan PMI ilegal. Tapi kita selalu melihat berita penangkapan itu terjadi nyaris setiap hari," lanjutnya.
Baca juga: Luas Hutan Mangrove Nunukan yang Diduga Dirusak Oknum Pengusaha Ternyata Lebih dari 80 Hektar
BP2MI Nunukan bersama Dinas Tenaga Kerja dan TNI – Polri, kerap kali melakukan sweeping di pelabuhan Tunon Taka.
Tim juga seringkali menjaring ratusan para CTKI illegal, namun upaya ini juga diakali oleh para pendatang tersebut.
Bukti nyata adalah ketika kedatangan KM Lambelu pada Senin (14/2/2022). Dari sekitar 400 penumpang dari NTT maupun NTB, hanya tersisa 238 penumpang saja.
"Sebagian penumpang turun di Tarakan. Entah mereka menetap di Tarakan atau menghindari sweeping. Yang jelas, mereka menyambung perjalanan mereka menggunakan speed boat menuju Nunukan," kata Arbain.