SUMEDANG, KOMPAS.com - Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir memastikan tidak ada korban jiwa dalam bencana longsor yang terjadi di Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022) sore pukul 16.30 WIB.
Dony mengatakan, titik longsor berada di wilayah perbukitan di Desa Ciherang, Kecamatan Sumedang Selatan.
Sedangkan wilayah terdampak longsor berada di wilayah Dusun Cimareme, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan.
Baca juga: Tebing Setinggi 150 Meter di Sumedang Longsor, 2 Hektare Sawah dan Aliran Sungai Tertimbun
Dony menuturkan, selain merusak 2 hektare areal pesawahan, sebanyak 16 rumah yang dihuni 69 jiwa dari 22 kepala keluarga (KK), harus mengungsi ke tempat lebih aman.
"Kami sudah mengungsikan warga yang rumahnya terancam longsor tadi malam," ujar Dony kepada Kompas.com, Minggu (16/1/2022) pagi.
Selain telah mengevakuasi warga terdampak, pihaknya mengimbau warga untuk menjauhi lokasi longsor radius 1 kilometer, karena rentan terjadi longsor susulan.
Baca juga: Badan Penuh Lumpur, Kakek Ini Selamat dari Longsoran Tebing Setinggi 150 Meter di Sumedang
"Warga kami imbau untuk lebih waspada karena rawan terjadi longsor susulan," tutur Dony.
Dony menyebutkan, dari pendataan yang dilakukan, ada 2 hektar areal persawahan siap panen yang tergerus longsoran tebing 150 meter dengan lebar 80 meter ini.
Sementara itu, salah seorang pemilik lahan di Dusun Cimareme RT 04/11, Kelurahan Pasanggarahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Opik Ruhyana (40) mengatakan, 800 meter persegi areal persawahan miliknya habis tergerus longsor.
"Hari ini (Minggu) rencananya mau panen, tapi malah habis kena longsor. Lahan milik saya ada 800 meter persegi," ujar Opik kepada Kompas.com, Minggu pagi.
Opik menuturkan, selain lahan miliknya, areal pesawahan yang tergerus longsor juga dimiliki 14 warga lainnya.
"Rata-rata semuanya sama, mau siap panen. Tapi sekarang semuanya habis," tutur Opik.
Opik menyebutkan, pasca-longsor, warga akan kesulitan untuk kembali menggarap lahan, karena kerusakan yang ditimbulkan sangat besar.
"Lahannya tidak mungkin kami tanami lagi karena ini kerusakannya cukup parah. Karena itu, kami berharap ada penggantian yang layak dari pemerintah," kata Opik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.