Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Gempa Tektonik dan Mengapa Bisa Mengakibatkan Tsunami

Kompas.com - 30/12/2021, 16:44 WIB
Dini Daniswari

Penulis

KOMPAS.com - Gempa tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan pergerakan lempeng tektonik.

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar.

Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung di atas astenosfer yang cair dan panas.

Maka, lempeng tektonik ini bebas bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain.

Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif.

Kondisi ini yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.

Gempa bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik diklasifikasikan berdasarkan kedalaman episenter dan sumber:

Baca juga: Gempa Tektonik M 5,4 Guncang Samudera Hindia Selatan Sumba NTT, Tak Berpotensi Tsunami

Berikut beberapa jenis gempa bumi berdasarkan kedalaman episenter 

 
Jenis Gempa Kedalaman 
Gempa bumi dangkal  0 - 70 km
Gempa bumi menengah 71 - 300 km
Gempa bumi dalam  > 300km

 

Berikut gempa bumi berdasarkan sumber

Jenis Gempa Sumber 
Gempa bumi interplate/interface

Gempa bumi yang terjadi sepanjang batas lempeng. Gempa bumi ini terjadi  sepanjang tiga batas lempeng yaitu:

  • Pemekaran lantai samudera/punggung samudera
  • Daerah subduksi
  • Sesar

 

Gempa bumi intraplate Gempa bumi yang berlangsung di dalam interior lempang. Gempa ini tidak sesering dan sebesar gempa interplate. Gempa bumi ini mungkin disebabkan oleh perenggangan pada interior lempeng, akibat perubahan suhu atau tekanan pada bebatuan.

Baca juga: Gempa Tektonik M 5,5 Guncang Selat Sunda, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa Bumi Tektonik Menyebabkan Tsunami

Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah longsor, erupsi gunung api, dan jatuhnya meteor.

Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi dan dapat mencapai daratan dengan ketinggian gelombang hingga 30 meter.

Hampir 90 persen peristiwa tsunami di dunia disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut.

Gempa bumi yang terjadi di bawah laut akan menimbulkan banyak getaran yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami.

Gempa bumi yang terjadi di bawah laut ini berjenis gempa tektonik. Yaitu, gempa bumi yang disebabkan pergeseran lempengan tektonik.

Gempa bumi disebabkan karena adanya pergerakan dua lepeng tektonik. Dua lempeng tektonik bergerak saling menjauh, saling mendekat, dan saling bergeser.

Terkadang, gerakan ini macet dan saling mengunci. Sehingga, terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai batuan pada lempeng tektonik tidak kuat menahan gerakan tersebut.

Akhirnya terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal dengan gempa bumi.

Baca juga: Gempa Magnitudo 7,4 Guncang Maluku Barat Daya, Tak Berpotensi Tsunami

 

Pusat Gempa yang Sebabkan Tsunami

Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena wilayahnya dilewati tiga jalur lempeng tektonik, yaitu lempeng tektonik Indo-Australia, lempeng tektonik Eurasia dan lempeng tektonik Pasifik.

Jalur pertemuannya berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi di kedalaman dangkal berpotensi tsunami. Indonesia merupakan daerah rawan tsunami.

Namun yang perlu dicermati, tidak semua gempa bumi di bawah laut menimbulkan tsunami.

Gempa bawah laut dapat menyebabkan tsunami hanya jika pusat gempa kurang dari 30 km di bawah permukaan laut.

Gempa minimal berkekuatan 6,5 skala richter dengan pola gempa sesar naik atau turun. Jika ciri-ciri ini muncul, maka perlu siaga dengan datangnya tsunami.

Baca juga: Mengenang Tsunami Aceh 17 Tahun Lalu dan Upaya Mitigasi Bencana Serupa

Penyebab Lain Tsunami

a. Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi baik di atas atau di bawah laut dapat menjadi penyebab tsunami.

Erupsi dari Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab tsunami yang mengakibatkan gelombang air laut naik.

Namun, gunung berapi yang dapat menyebabkan tsunami terjadi jika kekuatan getarannya cukup besar atau setara dengan gempa tektonik di bawah laut.

b. Longsor Bawah Laut

Di bawah laut, terdapat struktur yang mirip dengan daratan, seperti bukit, lembah, dan cekungan yang bisa longsor sewaktu-waktu.

Tsunami yang disebabkan oleh longsor di bawah laut dinamakan Tsunamic Submarine Landslide.

Longsor di bawah laut ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung bawah laut.

Getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsor dapat menyebabkan tsunami. Selain itu, tabrakan lempeng di bawah laut ini juga bisa menyebabkan tsunami.

Baca juga: Malam Ini, Puncak Hujan Meteor Leonis Minorid Desember

c. Hantaman Meteor

Penyebab yang jarang terjadi atau belum ada dokumentasinya adalah adanya tsunami disebabkan hantaman meteor, namun hal ini bisa terjadi.

Sebuah simulasi dari komputer canggih menampilkan apabila ada meteor besar dengan diameter lebih dari 1 km maka akan menimbulkan bencana alam yang dasyat.

Efeknya sama seperti saat bola atau benda berat menghantam air yang berada di sebuah kolam atau bak air.

Akibat Gempa Bumi

Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
Likuifaksi (liquifaction)
Longsor tanah
Tsunami
Bahaya sekunder (arus pendek, gas bocor yang menyebabkan kebakaran)

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempa Bumi

Kekuatan gempa bumi
Kedalaman gempa bumi
Jarak hiposentrum gempa bumi
Lama getaran gempa bumi
Kondisi tanah setempat
Kondisi bangunan

Sumber: inatew2.bmkg.go.id, magma.esdm.go.id, geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id, dan
bpbd.jogjaprov.go.id.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com