KOMPAS.com - Gereja Santo Ignatius Loyola adalah salah satu bangunan cagar budaya nasional yang sarat bernilai sejarah.
Gereja ini berada di Sikka, salah satu kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Tak banyak yang tahu jika Gereja Santo Ignatius Loyola dibangun oleh arsitek yang sama dengan bangunan Gereja Katedral di DKI Jakarta.
Misa malam Natal pertama di gereja ini digelar pada 24 Desember 1899 Oleh masyarakat sekitar, gereja tersebut dikenal dengan nama Gereja Tua Sikka.
Baca juga: Gereja Blenduk, Rumah Ibadah Ikon Semarang yang Ada Sejak Tahun 1753
Dikutip dari Indonesia.go.id . Gereja Tua Sikka dibangun oleh pastor berkebangsaan Portugis, JF Engbers D'armanddaville pada 1893.
Pembangunan gereja dibantu oleh Raja Sikka Joseph Mbako Ximenes da Silva.
Bangunan gereja ini merupakan hasil rancangan Pastor Antonius Dijkmans, arsitek yang juga ikut mendesain Gereja Katedral Jakarta.
Pengaruh budaya Eropa dipadukan dengan budaya setempat sangat terlihat jelas pada gaya arstitektur bangunan itu.
Gereja itu juga kerap didatangi turis domestik dan mancanegara sebagai obyek wisata religius.
Baca juga: Banyak Jemaat Ikut Misa Natal, Katedral Ambon Sediakan Tenda di Depan Gereja
Namun juga mengadopsi unsur-unsur budaya lokal serta memanfaatkan material bahan bangunan yang ada di Indonesia.
Misalnya, mengunakan material kayu jati untuk dijadikan kuda-kuda penahan atap bangunan serta tiang penyangga bangunan cagar budaya nasional itu.
Sebanyak 360 kubik kayu jati tersebut didatangkan langsung dari hutan-hutan di Pulau Jawa, menggunakan kapal besar menuju Maumere.
Baca juga: Gema Kidung Natal Berbahasa Madura di Gereja Sumberpakem Jember
Dangkalnya garis pantai Desa Sikka membuat kapal pengangkut kayu material gereja tak mampu mendekati bibir pantai.
Oleh warga setempat, kayu-kayu jati tadi dilarungkan ke laut dan ditarik beramai-ramai menuju garis pantai.