GARUT, KOMPAS.com- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengingatkan ke depan pemerintah akan menghadapi isu lingkungan yang menghindari penggunaan bahan kayu dari hutan. Karenanya, perlu ada alternatif pengganti kayu.
Salah satu pengganti kayu yang dilirik, menurut Teten, saat ini adalah bambu yang dinilainya memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi.
"Ke depan, kita akan menghadapi isu lingkungan, penggunaan kayu itu dihindari, bambu dengan pertumbuhan yang cepat bisa jadi alternatif pengganti kayu, jadi industrialisasi kita ke sana," jelas Teten, usai membuka Selaawi Bambu Festival di Kecamatan Selaawi, Garut, Jawa Barat, Sabtu (18/12/2021).
Baca juga: Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki Lepas Ekspor Mangga Asal Gresik ke Singapura
Teten mengungkapkan, di China, 28 persen pendapatan masyarakatnya didapat dari industri bambu.
Sedangkan di Indonesia, produktivitas bambu empat kali lipat dibanding China.
Jika potensi ini dimaksimalkan, nilai ekonomisnya dipandang bisa melebihi perdagangan kayu.
"Kayu itu kan hanya 10 persen (nilai perdagangannya), justru bambu yang paling besar," jelas Teten.
Teten mengakui, dukungan pemerintah dalam budidaya bambu saat ini memang masih terbilang kurang.
Baca juga: Rumah Jadi Tenang dan Tenteram, Efek Penggunaan Dekorasi Bambu
Salah satu buktinya adalah, hanya 4,9 persen rumpun bambu di Jawa Barat yang telah memenuhi standar untuk kebutuhan industri.
Karenanya, selain inovasi produk-produk turunan dari bahan bambu, menurut Teten, perlu juga dilakukan revitalisasi rumpun bambu yang ada agar memenuhi syarat.