KOMPAS.com - Nenek Mahriyeh (70) terduduk lemah di lantai rumah kerabatnya di di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021).
Dia sedang berduka lantaran suaminya, Miran (80), tak kunjung ditemukan pasca-erupsi Gunung Semeru yang terjadi pekan lalu.
Baca juga: Air Mata Mbah Mahriyeh, Menanti Kepulangan Sang Suami, Dipisahkan oleh Letusan Gunung Semeru
Mahriyeh sadar kecil kemungkinan suaminya masih hidup.
Baca juga: Lebih dari Setengah Abad Bersama, Mahriyeh dan Miran Dipisahkan Bencana Semeru
Bukan hanya karena belahan jiwanya itu sudah tidak mampu berlari, tetapi juga karena suaminya sedang berada di ladang padi yang lokasinya berimpitan dengan aliran lahar Gunung Semeru ketika bencana itu terjadi.
Baca juga: Misteri Gulungan Kertas yang Dilempar Seorang Kakek ke Jokowi di Tengah Penjagaan Paspampres
"Pengin apalagi? Pengin suami segera ditemukan, didoakan, dan dikuburkan dengan layak," kata Mahriyeh saat ditemui Kompas.com, Sabtu (11/12/2021) di Blitar.
Salah satu cucu Mahriyeh, Lailatul Jannah (22), mengatakan, kondisi kesehatan Mahriyeh memang terus menurun sejak beberapa pekan terakhir karena sesak napas.
Duka akibat kehilangan suami memperburuk kondisi kesehatan neneknya itu.
"Namanya juga kehilangan suami. Apalagi emak (Mahriyeh) dan Embah (Miran) selama ini selalu berdua," ujar Laila.
Sejak anak-anaknya berumah tangga, Mahriyeh dan Miran selalu terlihat berdua baik di rumah maupun di ladang.