GARUT, KOMPAS.com – Banjir bandang melanda 9 desa dalam 2 kecamatan di Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (27/11/2021) lalu.
Banjir itu akibat luapan Sungai Citameng dan anak sungainya.
Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, luapan sungai itu akibat alih fungsi lahan.
Namun, hal itu dibantah oleh Bupati Garut Rudy Gunawan.
“Tidak ada alih fungsi lahan. Dari dulu tanaman hortikultura yang ada itu. Ada juga lahan Perhutani, dilakukan tumpangsari dengan kopi, tapi itunya (tegakannya) kan masih ada,” ujar Bupati Garut Rudy Gunawan usai memimpin upacara peringatan HUT Korpri di Lapangan Setda Garut, Senin (29/11/2021).
Baca juga: Wagub Jabar Sebut Banjir Bandang Garut karena Hutan Jadi Lahan Pertanian
Rudy mengakui, dirinya memiliki lahan perkebunan di kawasan Desa Cinta, tepatnya di Kampung Patrol yang berbatasan dengan lahan Perhutani seluas 8 hektar.
Lahan itu memang miliknya sejak 1995, dan telah digunakan untuk pertanian hortikultura.
“Harus dilihat lagi ke atas, bukan dari kebun saya, bukan dari daerah kita, yang masuk (longsoran) kebanyakan dari daerah Cintamanik,” kata Rudy.
Baca juga: Banjir Bandang Terjang 9 Desa di Garut, Ratusan Rumah Rusak dan 5 Jembatan Putus
Meski demikian, untuk memastikan penyebab banjir bandang tersebut, Rudy pun mempersilakan asesmen secara menyeluruh terhadap kawasan tersebut, termasuk kawasan-kawasan milik Perhutani.
“Kita asesmen saja semua, kita asesmen semua, termasuk milik Perhutani,” kata Rudy.
Rudy menjelaskan, sejak jaman dahulu, di kawasan tersebut memang sudah ditanami tanaman hortikultura.
Ada lahan sekitar 200 hektar di kawasan tersebut yang digunakan bertani oleh masyarakat sejak dahulu.
Untuk itu, Rudy meyakini bahwa banjir bandang terjadi karena curah hujan yang tinggi.
Baca juga: Banjir Bandang di Garut, 2 Rumah dan Mobil Terseret Arus