MAGELANG, KOMPAS.com - Gemerlap hiburan adalah dunia Haries Saprilla (37). Berkelana dari panggung ke panggung menjadi mata pencaharian menjanjikan yang membuatnya nyaris tak pernah merasa kekurangan.
Haries tak pernah khawatir dengan kondisi keuangan, bahkan ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia awal tahun 2020.
Kelompok musik atau band Haries mulai sepi pesanan karena segala kegiatan masyarakat dibatasi untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Baca juga: Tutup Selama PPKM, Ini Cara Lembang Park and Zoo Bertahan di Tengah Pandemi
Namun Haries justru menganggap itu situasi yang menyenangkan karena ia bisa berkumpul bersama istri dan dua anaknya di rumah lebih lama.
Ia tetap hidup normal, berbelanja, dan kebutuhan rumah tangga masih aman.
"Awal masih santai, sedikit 'takabur' masih bisa belanja-belanja stok kebutuhan rumah," kata Haries, mengawali cerita di kediamannya di Desa Bayanan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Rabu (17/11/2021).
Beberapa bulan setelahnya, kondisi keuangan pria yang jago main alat musik bass itu mulai mengkhawatirkan. Pengeluaran terus menerus tanpa ada pemasukan sama sekali.
Haries belum terpikirkan untuk berbisnis karena merasa tidak punya bakat untuk itu. Kondisi ekonomi memaksa Haries untuk putar otak agar dapur rumahnya tetap mengebul.
"Saya enggak tahu harus ngapain, karena passion saya di musik, dan mau bisnis pun ngga semudah itu," ungkapnya.
Baca juga: Cara Hotel di Blitar Bertahan di Tengah Pandemi, Buka Layanan Cuci Mobil hingga Tes Covid-19
Ia lantas tercetus ide untuk berbisnis jamu setelah minum jamu di penjual langganannya.
Menurutnya, pandemi adalah momentum tepat karena banyak orang yang membutuhkan asupan tambahan untuk menambah imunitas.
Berbagai cara ditempuh Haries untuk mendapatkan resep racikan jamu yang pas.
Ia tidak malu untuk belajar dari siapapun, mulai dari tukang jamu langganannya, dokter sampai tetangga rumahnya yang pakar herbal.
Hingga akhirnya Haries berhasil memproduksi jamu-jamu tradisional yang diberi nama Jamu Migunani sejak pertengahan April 2021.
Jamu racikannya memiliki rasa yang lebih enak tanpa mengurangi manfaatnya, kemasannya pun dibuat lebih modern. Sehari-hari ia dibantu sang Istri, Novi Karlinasari (34).
"Jamu selama ini identik dengan rasa pahit, tapi saya coba ubah mindset itu bahwa jamu juga bisa enak, bisa dinikmati siapa saja, dan khasiatnya luar bisa bagi kesehatan tubuh," terang Haries.
Baca juga: Bertahan di Tengah Pandemi, PT Kahatex Tak PHK 55.000 Karyawannya
Jamu produksinya beraneka macam, ada jamu kunir asam, beras kencur, jahe merah, temulawak, hingga jamu pahitan.
Ia selalu menggunakan bahan-bahan dasar pilihan yang dibeli di pasar maupun petani. Harga yang dibanderol berkisar Rp 12.500 - 13.500 per botol kemasan 250 mililiter.