LEMBATA, KOMPAS.com - Siswa-siswi Sekolah Dasar Inpres (SDI) 92 Bean, Desa Bean, Kecamatan Buyasari, Kabupaten Lembata, NTT, harus berjuang keras untuk bisa mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), pada Senin hingga Selasa (16/11/2021).
Bagaimana tidak, mereka harus berjalan sejauh satu kilometer agar bisa mendapatkan jaringan internet yang bagus.
Selain itu, anak-anak kelas 5 SDI 92 Bean tersebut terpaksa menarik dan mendorong mesin generator untuk mendukung pelaksanaan ANBK.
Sebab di wilayah itu belum teraliri listrik.
Baca juga: Perjuangan Para Guru di Lembata, NTT, Cari Sinyal Internet hingga ke Kebun
Proktor SDI 92 Bean, Mas Udin Muhamad Jinan menuturkan, SDI 92 Bean belum teraliri listrik negara dan jaringan internet yang memadai.
"Karena itu, untuk bisa melaksanakan ANBK pada Senin dan Selasa kemarin, para guru dan peserta ANBK terpaksa harus ke sebuah kebun tepat di Tanjung Merah. Di lokasi itu jaringan internet cukup bagus. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari sekolah," ungkap Mas Udin kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Rabu siang.
Menurutnya, mulanya siswa-siswa rencananya akan menumpang WiFi di sekolah SMPN SATAP Bean.
Baca juga: 3 Ruas Jalan di Lembata Putus Diterjang Banjir, Sejumlah Alat Berat Diterjunkan
Tetapi karena WiFi terbakar akibat tegangan arus listrik diesel, akhirnya pelaksanaan ANBK untuk siswa dialihkan ke Pustu setempat.
Namum, dalam perjalanan kapasitas jaringan WiFi Pustu yg juga kurang mendukung akhirnya pelaksanaan ANBK dipindahkan ke Tanjung Merah.
"Karena di sana tidak ada listrik, anak-anak terpaksa bawa generator dengan cara tarik dan dorong pakai gerobak ke Tanjung Merah. Mereka tarik itu generator dari sekolah ke lokasi yang ada sinyal bagus. Kita bawa generator untuk cas laptop yang dipakai peserta ANBK," katanya.
Baca juga: Banjir Lahar Dingin Terjang 2 Desa di Lembata, Akses Transportasi Terganggu