Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Adat Mentawai Bertahan dari Pandemi dan Kesulitan Uang untuk Sekolah: Hidup Sekarang Lebih Sulit

Kompas.com - 14/11/2021, 08:38 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Orang-orang Mentawai sesungguhnya bisa saja bertahan hidup dengan berburu dan berladang.

Namun demi masa depan lebih baik, anak-anak muda suku Mentawai dikirim bersekolah di kota - dan semua ini butuh uang, sesuatu yang susah mereka dapatkan saat pandemi tak kunjung usai.

Enam tengkorak simakobu - satu dari empat jenis primata endemik di Kepulauan Mentawai - tergantung di langit-langit uma, sebutan bagi rumah adat orang Mentawai di Dusun Batui, Siberut Selatan, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Mentawai M 7,7 dan Tsunami, Ratusan Orang Tewas

Tengkorak-tengkorak itu berwarna putih, menandakan keberadaannya di langit-langit itu masih baru. Tergantung di sekitarnya adalah tengkorak-tengkorak lain - beberapa di antaranya babi dan burung - yang telah berwarna kecokelatan.

Puluhan tengkorak hewan hasil buruan itu digantung dengan wajah menghadap keluar uma.

Dalam Arat Sabulungan, kepercayaan terhadap roh-roh yang diyakini orang Mentawai, posisi itu dipercaya dapat membuat roh binatang memanggil kawan-kawannya yang ada di hutan untuk berkumpul bersama di dalam uma, sehingga mudah diburu.

Baca juga: Berenang Tanpa Pelampung, WN Australia Hilang di Perairan Mentawai

Tengkorak binatang buruan tergantung di langit-langit uma, rumah adat orang Mentawai.FEBRIANTI Tengkorak binatang buruan tergantung di langit-langit uma, rumah adat orang Mentawai.
Uma itu milik Aman Lepon, 47 tahun. Nama sebenarnya Lau Lau Manai.

Lepon, adalah nama anak pertamanya. Sementara 'Aman' dalam bahasa Mentawai berarti 'Bapak'.

"Simakobu itu hasil berburu saya ke hutan bersama dua saudara laki-laki saya seminggu yang lalu," katanya kepada wartawan Febrianti yang melaporkan untuk BBC Indonesia, di awal Oktober lalu.

Dusun Butui, Desa Madobag, terletak di lembah subur di hulu Sungai Sarereiket, Siberut Selatan. Dihuni oleh 87 keluarga dan 336 jiwa, masyarakat Butui masih mempertahankan budaya dan hidup selaras dengan alam.

Baca juga: Waspada Gelombang Sangat Tinggi di Samudera Hindia Kepulauan Mentawai hingga Lampung

Untuk mencapai Butui, kita harus naik pompong -perahu kecil bermesin tempel- dari Muara Siberut, pusat kecamatan, selama lima jam.

Butui telah lama menjadi salah satu kampung tradisional Mentawai yang sering dikunjungi turis, terutama dari mancanegara karena budayanya yang masih kuat.

"[Turis] datang ada yang membuat film tentang budaya kami, ada yang ingin merekam suara binatang di hutan, terutama suara monyet. Bahkan ada yang hanya duduk membuat sketsa gambar selama di sini," kata Aman Lepon.

Namun sejak pandemi Covid-19, kampung ini berubah sepi.

Baca juga: Mentawai, Salah Satu Suku Tertua di Dunia

'Hidup sekarang terasa lebih sulit'

Bila turis datang, Aman Lepon biasanya bertugas menyambut mereka, dan memimpin ritual untuk dipertunjukkan.FEBRIANTI Bila turis datang, Aman Lepon biasanya bertugas menyambut mereka, dan memimpin ritual untuk dipertunjukkan.
Pandemi membuat denyut wisata di Butui benar-benar terhenti.

Tidak ada lagi turis dari Eropa seperti Prancis, Jerman, atau Kanada yang datang ke uma warga Butui. Wisatawan lokal dari Jakarta dan daerah lain pun urung berkunjung.

Pandemi juga menyebabkan sebagian masyarakat adat Mentawai di Lembah Sarereiket, seperti Desa Madobag dan Desa Matotonan, kehilangan pendapatan.

Mereka umumnya mendapat uang dari menjadi pemandu wisata lokal, operator pompong, atau membuka warung.

Bahkan para petani dan peladang pun kesusahan. Kendala transportasi laut ke Padang membuat harga pisang, pinang, dan manau menjadi murah.

Baca juga: [Gempa Hari Ini] M 6,0 Guncang Mentawai, 2 Kali Susulan Terasa hingga Padang

"Hidup sekarang terasa lebih sulit, mencari uang juga susah sejak ada virus corona. Sudah dua tahun ini tidak ada tamu, baru kali ini ada tamu yang datang ke uma," kata Aman Lepon, sembari menunjuk rombongan tamu di uma besar keluarganya yang baru datang.

Aman Lepon yang biasanya menyambut turis, kini lebih sering ke hutan dan berburu babi, rusa, atau monyet untuk tambahan makanan pelengkap sagu, pisang dan keladi.

Tetapi sekadar bertahan hidup dengan makanan saja tidak cukup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Regional
Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah tapi Tetap Dapat Nilai

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah tapi Tetap Dapat Nilai

Regional
Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Regional
Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com