BANGKA, KOMPAS.com- Usaha kerajinan topi atau kopiah resam Ermi Belit di Desa Belit, Kecamatan Kelapa, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, telah berjalan selama 20 tahun.
Usaha ini mampu bertahan melewati pandemi Covid-19 karena didukung konsistensi dan keuletan para pendiri serta para perajin.
Melalui kegiatan promosi di media sosial dan berbagai pameran, resam Ermi Belit semakin dikenal luas masyarakat.
Ermi Belit berasal dari nama Ermi sebagai pendiri usaha, dan Belit merujuk pada Desa Belit.
"Halus dan kasarnya produk tergantung pilihan bahan dasar dan keterampilan pengrajin," kata Ermi di tempat usaha yang sekaligus rumahnya, Jumat (5/11/2021).
Ermi menuturkan, topi atau kopiah resam menggunakan bahan baku utama dari tanaman resam.
Tanaman ini merupakan jenis tumbuhan paku yang biasanya tumbuh di daerah hutan ataupun lembah perbukitan.
Baca juga: Pasar hingga Rumah Sakit di Bangka Terendam Banjir
Ciri tanaman ini, memiliki daun yang menyirip dan berjajar dua dengan batang atau tangkai kecil yang bercabang-cabang.
"Batang resam yang digunakan untuk bahan baku yakni batang yang sudah tua berwarna cokelat ataupun cokelat kehitaman. Serat bagian dalam batang lunak dan lentur, sehingga mudah dibentuk," ujar Ermi.