KARAWANG, KOMPAS.com - Sekitar 6 tahun lalu, Euis Dedah (43) adalah pedagang sembako.
Saban hari ia berdagang di kios berukuran 4x6 meter di daerah Cikampek Timur, Karawang, Jawa Barat.
Tidak hanya beras, ia pun menjual beragam kebutuhan pokok, mulai dari beras hingga kebutuhan lainnya.
Saat tantangan muncul, ia memutar otak untuk merancang berbagai strategi bisnis.
Misalnya ketika kiosnya sepi, Euis tak kehilangan akal.
Ia menjemput bola, mengantar beras ke rumah-rumah pelanggannya.
“Bahkan untuk bayar, boleh dicicil,” kata Euis saat dihubungi, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Kisah Pengusaha Kelor Raup Omzet Rp 4 Miliar, Awalnya Dianggap Gila
Untuk mendekatkan diri pada pelanggan, Euis pun merancang jaringan reseller beras dari perumahan ke perumahan.
Pelan-pelan, reputasinya sebagai pedagang yang melayani pelanggan dengan baik mulai melekat.
Pesanan beras mulai bermunculan. Euis pun butuh modal tambahan.
Untuk mendapat modal tambahan, Euis mendaftar menjadi mitra binaan Pupuk Kujang.
Pada 2019, Euis mendapat suntikan modal dan ia bisa mengembangkan usahanya.
Selain menambah stok, Euis pun bisa mendapatkan beras-beras terbaik dari penjuru Karawang.
Dengan modal itu pula, Euis menjalin kerja sama dengan sejumlah sentra penggilingan padi dari Jatisari, Cilamaya, Batujaya, hingga Wadas.
Strategi marketing modern ia terapkan dalam usahanya.
Setelah didampingi Pupuk Kujang, Euis memulai hal yang belum dilakukan pedagang beras lain di Karawang, yakni membuat merek dagang beras sendiri.
Sebab, setahu Euis, selama ini belum ada produk atau merek beras ikonik yang mewakili Karawang.
Tidak seperti daerah lain yang punya produk beras ikonik dan melekat di masyarakat.
“Padahal Karawang adalah lumbung padi nasional, dan banyak menghasilkan beras berkualitas,” kata Euis.
Baca juga: Kisah Exsi Rintis Warung Emak, Berawal Modal Rp 250.000 hingga Punya Omzet Rp 20 Juta Sehari