KUPANG, KOMPAS.com - Balai Penelitian Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Kupang, mengembangkan kura-kura leher ular Rote (Chelodina mccordi).
Hewan ini merupakan satwa endemik Pulau Rote yang saat ini statusnya terancam punah.
Kepala BP2LHK Kupang Erwin, mengatakan, tahun ini indukan kura-kura leher ular Rote bertelur sebanyak 12 butir di kawasan hutan dengan tujuan khusus Oelsonbai, Kota Kupang.
Telur kura-kura leher ular tersebut kemudian ditetaskan di ruang inkubator dengan pengaturan suhu 30,5 derajat celcius dan kelembaban 65-70 persen.
Baca juga: Kondisi Gala Sky, Anak Vanessa Angel, Mulai Membaik dan Diasuh Psikiater
"Dari 12 butir telur tersebut, pada tanggal 6 Oktober 2021 lalu, sebanyak 9 butir menetas atau persentase daya tetas sebesar 75 persen," ujar Erwin, kepada Kompas.com, Jumat (5/11/2021).
Menurut Erwin, perlu waktu sekitar dua sampai tiga bulan agar telur kura-kura leher ular Rote bisa menetas.
Setelah satu minggu anakan kura-kura leher ular Rote itu menetas, kemudian dimasukan ke dalam bak plastik yang berisi air.
Sebagai bentuk rehabilitasi, anakan kura-kura yang baru menetas harus diberikan pakan hidup agar sifat liarnya muncul sejak dini.
"Pakan hidup yang biasa diberikan seperti jentik nyamuk dan anakan ikan-ikan kecil," kata Erwin.
Sementara itu, peneliti kura-kura leher ular Rote, Dayat, menambahkan, selain diberikan pakan hidup, anakan kura-kura harus sering dijemur agar membantu pertumbuhan kerapasnya.
Penjemuran anakan kura-kura, lanjut dia, dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 sampai 10.00 pagi, selama 15–30 menit.